SEKILAS TENTANG FILSAFAT
MAKALAH
Ditulis Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun oleh kelompok 1:
Hani wulandari
Aminah
Sting razali
Dosen pembimbing:
Bustian,M.PdI
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) KERINCI
T.A 2014/2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Konon, orang
yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang yunani
bernama Thales (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah yang digelari bapak
filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang
aneh, yaitu: apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri
menjawab: air. Setelah itu silih bergantilah filosof sazamannya dan sesudahnya
mengajukab jawabannya. Semakin lama persoalan yang dipikirkan oleh manusia
semakin luas, dan semakin rumit pula pemecahannya. Untuk itu kita sangat perlu
mempelajari bagaimana filsafat itu yang sebenarnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Filsafat
2.
Objek
Filsafat
3.
Metode
Filsafat
PEMBAHASAN
SEKILAS TENTANG FILSAFAT
A.
Pengertian Filsafat
1.
Arti
Secara Etimologi
Kata filsafat
yang dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan
istilah philoshopia, adalah berasal dari bahasa yunani philo-sophia. Kata
philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love)
dan sophia yabg berarti kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Seorang filsuf adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496
SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian
filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh
para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM).[1]
2.
Arti
Terminologi
Secara
Terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan
batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa
batasan.
a.
Plato
Plato
berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b.
Aristoteles
Menurut
Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c.
Al
Farabi
Filsuf Arab ini
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana
alam maujud yang sebenarnya.
d.
Rene
Descartes
Menurut
Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan dimana tuhanm alam, dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.
e.
Immanuel
Kant
Menurut Kant,
filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan
yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pendidikan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
f.
Langeveld
Langeveld
berpendapat bahwa filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir
dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah mengenai makna keadaan, Tuhan,
keabadian, dan kebebasan.
g.
Hasbullah
Bakri
Menurut Bakri,
ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai kal manusia
dan bagaimana sikap menusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.
N.
Driyarkara
Driyarkara
berpendapat bahwa filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality)
yang sedalam-dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
i.
Notonagoro
Notonagoro
berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari
sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah,
yang disebut hakikat.
j.
Ir.
Poedjawijatna
Menurut
Poedjawinata, filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.[2]
B.
Objek Filsafat
1.
Objek
material filsafat
Objek materia
yaitu segala yang ada dn mungkin ada tadi. Tentang obek mateial ini banyak yang
sam dengan objek material sains. Bedanya
adalah dalam dua hal:
a.
Sains
menyelidiki objek material yang empiris, filsafat menyelidiki objek itu juga
tapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstraknya.
b.
Ada
objek marerial filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti
Tuhan, hari akhir, yaitu objek material yang untuk selama-lamanya tidak empiris
jadi objek material filsafat tetap saja lebih luas dari objek material sains.[3]
2.
Objek
formal
Objek formal
yaitu sifat penyedikan. Objek formal filsafat ialah penyelidikan yang
mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian
dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.
Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek
itu dapat diteliti secara empiris. [4]
C.
Metode Filsafat
Dikarenakan
banyak sekali metode filsafat, yang paling penting dapat disusun menurut garis
historis, sedikitnya ada 10 metode[5],
yaitu sebagai berikut:
1.
Metode
kritis
Bersifat
analisis dan pendapat. Merupakan hermeneutika,yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Dengan jelas bertanya (berdialog), membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.
2.
Metode
Intuitif
Dengan jelas
intropeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan
intelektual (bersama dengan penyucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan
pikiran.
3.
Metode
Skolastik
Bersifat
sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang jelas
dengan sendirinya, ditarik berbagai kesimpulan.
4.
Metode
Geometris
Melalui
analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat
‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dengan yang lain), dari hakikat itu
dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.[6]
5.
Metode
Empiris
Hanya
pengalamanlah menyajikan pengertian benar. maka, semua pengertian (ide-ide)
dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian
disusun bersama secara geometris.
6.
Metode
Transendental
Bertitik tolak
dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki
syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
7.
Metode
Fenomenologi
Dengan jalan
beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomin dalam
kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.[7]
8.
Metode
Dialektis
Dengan jalan
mengikuti dinamis pemikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitetis,
sintetis dicapai hakikat kenyataan.
9.
Metode
Non-Positivistis
Kenyataan
dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti
berlaku pada ilmu pengetahuan yang positif (eksakta)
10.
Metode
Anslitiks Bahasa
Dangan jalan
analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya
ucapan-ucapan filosof.[8]
Dari kesepuluh
metode filsafat di atas ada beberapa penjelasan secara singkat metode filsafat
yang khas adalah sebagai berikut:
a.
Metode
Kritis
Metode ini
bersifat praktis dan dijalankan dalam berbagai percakapan. Metode ini tidak
menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis pendapat atau aturan-aturan
yang dikemukakan orang.
b.
Metode
Intuisi
Guna menyelami
hakikat segala kenyataan diperlukan ontuisi, yaitu suatu tanpa rohani, suatu
kecakapan yang dapat melepaskan diri dari akal, kecakapan untuk menyimpukan
serta meninjau dengan sadar. Intuisi adalah naluri yang telah mndapatkan
kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas
sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
c.
Metode
Skolastik
Metode
skolastik sering disebut sintesis dedukif. Sering nama metode skolastik dipakai
untuk menguraikan metode mengajar, seperti terjadi disekolah-sekolah dan
universitas-universitas, bukan hanya dalam filsafat melainkan dalam semua ilmu,
seperti hukum, kedokteran, ilmu pasti, dan artes.
d.
Metode
geometris dan Empiris
Kedua metode
ini mempunyai tempat tersendiri daam upaya pencarian nilai-nilai kefilsafatan
secara radikal dan hakiki.
Ada
ketersusunan alami dalam kenyataan yang ada hubungannya dengan pengertian
manusia. Di samping itu, juga berusaha keras untuk menemukan yang benar. Adapun
yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jels dan terang (clear
and distinct)
e.
Metode
Transendental
Aliran
rasionalisme dan empirisme akhirnya diatasi oleh filsafat Immanuel Kant.
Filsafatnya terutama ditekankan pada aktivitas pengertian dan penilaian
manusia. Jadi, dalam hal ini tidak menurut aspek atau segi kejiwaan sebagaimana
dalam empirisme, tetapi sebagai analisis kriris.
f.
Metode
Dialektis
Jalan untuk
memahami kenyataan bagi hegel adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep.
Asal saja mulai berpikir secara benar, ia akan dibawa oleh dinamika pikiran itu
sendiri dan akan dapat memahami seluruh perkembangan sejarah pula. Struktur
didalam pikiran adalah sma dengan proses genetis dalam kenyataan, maka metode
dan teori atau sistem tidak dapat dipissahkan. Karena mengikuti dinamika
didalam pikiran dan kenyataan itu, metode hegel disebut metode dialektis.
Dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang
bertentangan, kemudian didamaikan (tesis-antitesis-sintesis)
g.
Metode
Fenomenologi
Kata
fenomenologi berasal dari bahasa yunani fenomenon
yang berarti sesuatu yang tampak, atau gejala. Fenomenologi adalah suatu aliran
yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau suatu
aliran yang membicaraka tentang gejala.
Metode ini
mengemukakan tiga reduksi, yaitu sebagai berikut:
1.
Reduksi
Fenomenologis
Dengan
menyaring pengalaman dengan maksud supaya mendapatkan fenomen dalam wujud yang
semurni-murninya.
2.
Reduksi
Eidetis
Penyaringan
atan penempatan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidos atau inti
sari hakikat gehala atau fenomenom. Jadi, hasl reduksi kedua ialah
”penilaian hakikat”
3.
Reduksi
Transendental
Yang harus
ditempatkan di antara eksistensi dan segala sesuatu yng tiada hubungan timbl
balik dengan kesadaran murni, supaaya dari objek itu akhirnya orang sampai
kepada apa yang ada pada subjek sendiri.
h.
Metode
Analitika Bahasa
Metode ini
dapat dinilai cukup netral sabab sama sekali tidak mengendalikan salah satu
filafat. Keistimewaan dalam metode ini adalah semua kesimpulan dan hasilnya
senantiasa didasarkan pada penelitian bahasa yang logis.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat merupakan usaha untuk memperolah pandangan yang menyeluruh
filsafat mencoba menggabungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan
pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu
itu. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas tertentu pasti dia adalah
being. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan. Jadi, filsafat
membahas lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas
masalah-masalah yang paling besar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala
secara mendalam. Adapun pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan
gejala-gejala. Membicarakan gejala untuk masuk ke hakikat itulah dalam
filsafat. Dan untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari
filsafat.
B.
Kritik Dan Saran
Kami menyadari bahwasanya makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangannya karena kami masih tahap belajar. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kapada pembaca sumbang kritik dan saran untuk perbaikan makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo,
Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008)
Surajiyo,
Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007)
Ahmad
Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (bandung:
remaja rosdakarya,2013)
[1] Surajiyo,
Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008), hal.3
[2] Surajiyo, Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007),hal.1-2
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (bandung: remaja
rosdakarya,2013)hal.21
[4] Ibid.,hal.22
[5] Surajiyo, Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007),hal.7
[7] Surajiyo,
Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008), hal.10
No comments:
Post a Comment