FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK
PADA MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH:KELOMPOK V
M.Fadil
Yumpartika
DOSEN PEMBIMBING:
Bustian,MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN
) KERINCI
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB SEMESTER VI
JURUSAN
TARBIYAH
TAHUN AJARAN 2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan dan kesehatan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”
dengan judul “Filosofi Pendidikan Islam Tentang Manusia dan Pendidikan”.walaupun
jauh dari sempurna,oleh sebab itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan
makalah ini.
Makalah
ini membahas tentang apa itu manusia dan pendidikan serta hakikat dari
keduanya.
Terima
kasih banyak kepada dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Tanjung
Genting,29 Maret 2015
Kelompok
V
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang.........................................................................................................1
B.Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Filosofi Pendidikan Islam Tentang
Manusia..................................................................3
1. Fitrah Manusia..................................................................................................................6
2.
Penciptaan Manusia dan implikasinya terhadap pendidikan Islam.................................7
3. Kedudukan Manusia Dalam Pendidikan
Islam...............................................................8
B.
Filosofi Pendidikan Islam tentang Pendidikan...........................................................
10
1. Hakikat Pendidikan........................................................................................................11
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................................12
B.Kritik
dan Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Problematika pendidikan adalah
masalah hidup dan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, manusia akan selalu
memerlukan pendidikan agar ia mampu mempertahankan hidup atau dapat mencapai
kehidupannya agar lebih baik.Sistem pendidikan yang benar-benar mapan dapat
diterima secara universal, bentuk nilai-nilai filosofis, serta serasi dengan
fitrah manusia dan tatanan masyarakat masih belum ditemui. .
Para filosof dan ilmuwan dituntut untuk mencari jawaban dari beberapa pertanyaan prinsipil, pertanyaan itu, menurut Jacques Maritain, -- sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin--, mengarah kepada pemikiran filsafat pendidikan, yaitu siapa manusia, dimana dan kemana manusia akan pergi, apa yang menjadi tujuan hidup manusia, semua hal ini dikaji dalam bentuk penciptaannya.
Salah satu tema sentral filsafat pendidikan adalah pembahasan tentang masalah manusia. Hal ini disebabkan karena keterlibatan manusia dalam proses pendidikan sangatlah jelas. Dimana dalam pendidikan, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Sementara itu dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang manusia sangatlah penting, As-Syaibani menyatakan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia sangat penting dan vital, tanpa sikap dan tanggapan yang jelas, pendidikan akan meraba-raba. Apabila pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka berakibat tidak baik pada proses pendidikan itu sendiri. Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia yang digunakan menentukan konsep-konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau aliran tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang digunakan. Sebagai contoh apa yang terjadi dalam tradisi pendidikan di Barat yang berdasarkan pada filsafat positivistik sehingga pendidikan menjadi bebas nilai. Manusia dalam pendidikan dipandang sebagai objek yang tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya dalam fungsi berfikir, kemudian dikatakanlah bahwa manusia adalah binatang yang berfikir (al-insanu al-hayawan an-natiq). Kemudian pemikiran ini melahirkan pandangan dan sikap hidup materialisme. Puncak kepuasan manusia terletak pada pemuasan materi. Materialisme dan sekuler (isme) berjalan seiring dan jalin berkelindan satu sama lain. Kesalahan pemahaman yang telah dilakukan ilmuwan dalam memandang manusia berakibat pada manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya tidak semua kehidupan manusia dapat dirasionalkan.
Para filosof dan ilmuwan dituntut untuk mencari jawaban dari beberapa pertanyaan prinsipil, pertanyaan itu, menurut Jacques Maritain, -- sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin--, mengarah kepada pemikiran filsafat pendidikan, yaitu siapa manusia, dimana dan kemana manusia akan pergi, apa yang menjadi tujuan hidup manusia, semua hal ini dikaji dalam bentuk penciptaannya.
Salah satu tema sentral filsafat pendidikan adalah pembahasan tentang masalah manusia. Hal ini disebabkan karena keterlibatan manusia dalam proses pendidikan sangatlah jelas. Dimana dalam pendidikan, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Sementara itu dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang manusia sangatlah penting, As-Syaibani menyatakan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia sangat penting dan vital, tanpa sikap dan tanggapan yang jelas, pendidikan akan meraba-raba. Apabila pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka berakibat tidak baik pada proses pendidikan itu sendiri. Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia yang digunakan menentukan konsep-konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau aliran tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang digunakan. Sebagai contoh apa yang terjadi dalam tradisi pendidikan di Barat yang berdasarkan pada filsafat positivistik sehingga pendidikan menjadi bebas nilai. Manusia dalam pendidikan dipandang sebagai objek yang tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya dalam fungsi berfikir, kemudian dikatakanlah bahwa manusia adalah binatang yang berfikir (al-insanu al-hayawan an-natiq). Kemudian pemikiran ini melahirkan pandangan dan sikap hidup materialisme. Puncak kepuasan manusia terletak pada pemuasan materi. Materialisme dan sekuler (isme) berjalan seiring dan jalin berkelindan satu sama lain. Kesalahan pemahaman yang telah dilakukan ilmuwan dalam memandang manusia berakibat pada manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya tidak semua kehidupan manusia dapat dirasionalkan.
Pandangan
yang bersifat antroposentris ini jauh berbeda dengan pandangan Islam dalam
melihat manusia dari segi hakikat jati diri atau substansi manusia. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai berbagai keistimewaan yang berbeda dengan makhluk
lain. Manusia memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi jasmani, rohani dan roh.
B.Rumusan Masalah
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan
masalah diatas,maka kami merumuskan masalah yang akan kami bahas sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
pandangan Islam tentang manusia?
2.
Bagaimana
pandangan Islam tentang pendidikan?
3.
Bagaimana
peran, serta hakikat manusia dan pendidikan dalam pendidikan Islam?
C.Tujuan
1.
Sebagai
suatu kewajiban untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam.
2.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui peran manusia dan hakikatnya dalam pendidikan Islam
3.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui peran pendidikan dan hakikatnya dalam pendidikan
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filosofi Pendidikan Islam
Tentang Manusia
Manusia adalah makhluk tuhan yang
otonom ,pribadi yang bersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis
sebagai individu yang memasyarakat.Manusia lahir dalam keadaan serba misterius
.Artinya sangat sulit untuk diketahui mengapa ,bagaimana ,dan untuk apa
kelahirannya itu.[1]Berbeda
dengan makhluk lain ,manusia mempunyai ciri yang istimewa ,yaitu kemampuan
berfikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (atau
yang sering disebut makhluk yang berkesadaran.[2]
Menurut socrates
manusia adalah seorang perilaku yang memiliki kemampuan akal budi dan
orrganisasi diri.Socrates mencari hakikat manusia,Siapakah manusia?dia
menjawab”Manusia adalah jiwa atau batinnya.Jiwa atau batin merupakan faktor
pembeda dasariah dan esensial antara manusia dan benda makhluk lainnya.
Adapun asal-usul manusia dalam pandangan Islam tidak
terlepas dari figur adam sebagai manusia pertama .Adam adalah manusia pertama
yang diciptakan Allah SWT di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya
.Al-Qur’an memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi,yang sedang dalam
perjalanan menuju kehidupan spritual yang suci dan abadi di negeri akhirat.oleh
karena itu,kualitas,hakikat,fitrah,kesejatian manusia adalah baik,benar,dan
indah.Hal tersebut melalui proses
perjuangan yang sangat berat untuk bisa menyandang prediket seagung itu.
Dalam Islam,manusia itu walaupun
secara fisik (mekanis)telah mati-jiwanya tetap hidup.Bahkan,bagi seorang
mukmin,kematian adalah lanjutan hidup yang kekal dan abadi.Setiap manusia
memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah mengalami sesuatu,dan setiap
pengalamannya dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak .Dengan
demikian,pada umumnya,manusia memiliki pengetahuan.Akan tetapi,karena manusia
memilki pengalaman yang berbeda-beda,tentu dalam menyelesaikan
masalahnya,bersumber kepada pengalaman yang beragam,sehingga pengetahuanpun
menjadi semakin banyak.
Salah satu pengetahuan manusia
bersumber dari pengalaman.Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat
berharga.Oleh karena itu,dalam filsafat ada yang berpandangan bahwa pengalaman
merupakan sumber pengetahuan yang utama,dan inilah yang kemudian melahirkan
empirisme (salah satu aliran dalam filsafat) yang menekankan peranan pengalaman
dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri,dan mengecilkan
peranan akal.
Menurut Al-Qur’an,manusia adalah makhluk ciptaan tuhan.Jadi,manusia itu berasal dan datang dari tuhan.Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material).Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa unsur jasmani merupakan salah satu esensi (hakikat) manusia.[3]
Menurut Al-Qur’an,manusia adalah makhluk ciptaan tuhan.Jadi,manusia itu berasal dan datang dari tuhan.Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material).Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa unsur jasmani merupakan salah satu esensi (hakikat) manusia.[3]
Muhammad Quthb menyatakan bahwa eksistensi manusia ialah
jasmani,akal dan ruh;ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan.konsekuensinya,pendidikan
harus didesain untuk mengembangkan jasmani,akal,dan ruhani manusia.Melalui
uraian lain akan jelas pula bahwa unsur ruhani itu merupakan inti manusia
,kualitas ruhani itu akan mewarnai kualitas jasmani dan akal.Dari sinilah kita
menyimpulkan bahwa inti program pendidikan menurut islam adalah pengembangan
aspek ruhani.
Falsafah pendidikan Islam berasal dari falsafah hidup Islam mencakup kebenaran (truth) yang bersifat spekulatif dan praktikal yang menolong untuk menafsirkan tentang manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib kesudahannya, dan keseluruhan hakikat (reality). Konsep manusia sangat penting artinya di dalam suatu sistem pemikiran dan di dalam kerangka berfikir seorang tokoh intelektual atau pemikir.
Penciptaan adalah proses mewujudkan gagasan dalam pernyataan. Penciptaan adalah suatu aktivitas yang sangat menentukan bagi adanya eksistensi. Eksistensi Tuhan sepenuhnya melekat pada penciptaan, karenanya dalam ciptaan Tuhan termuat eksistensi diri Tuhan. Kesempurnaan dan keteraturan serta keseimbangan yang terkandung dalam ciptaan Tuhan adalah merupakan wujud dari kesempurnaan Tuhan. Sedangkan penciptaan bagi manusia adalah aktivitas yang menentukan eksistensinya di dunia ini.
Falsafah pendidikan Islam berasal dari falsafah hidup Islam mencakup kebenaran (truth) yang bersifat spekulatif dan praktikal yang menolong untuk menafsirkan tentang manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib kesudahannya, dan keseluruhan hakikat (reality). Konsep manusia sangat penting artinya di dalam suatu sistem pemikiran dan di dalam kerangka berfikir seorang tokoh intelektual atau pemikir.
Penciptaan adalah proses mewujudkan gagasan dalam pernyataan. Penciptaan adalah suatu aktivitas yang sangat menentukan bagi adanya eksistensi. Eksistensi Tuhan sepenuhnya melekat pada penciptaan, karenanya dalam ciptaan Tuhan termuat eksistensi diri Tuhan. Kesempurnaan dan keteraturan serta keseimbangan yang terkandung dalam ciptaan Tuhan adalah merupakan wujud dari kesempurnaan Tuhan. Sedangkan penciptaan bagi manusia adalah aktivitas yang menentukan eksistensinya di dunia ini.
Dalam Al-Qur’an penciptaan manusia
disebutkan dengan memakai kata khalaqa yang artinya menciptakan atau pembentuk.
kata “khalaqa” menunjuk pada pengertian menciptakan sesuatu yang baru, tanpa
ada contoh terlebih dahulu atau dapat juga menunjuk pada pengertian sesuatu
ketentuan atau ukuran yang tepat. Dalam Al-Qur’an manusia disebut dengan
berbagai nama antara lain : al-basyar, al-insan, bani adam, al-ins, abdillah
dan khalifatullah. Dibawah ini akan diuraikan pengertian manusia dalam berbagai
kata dan istilah yang dipakai dalam Al-Qur’an.
a)
Konsep
Al-Basyar Manusia dalam konsep al-basyar, dipandang dari pendekatan biologis
pada hakikatnya tidak berbeda dengan makhluk lain yang terdiri dari unsur
biotik lainnya walaupun strukturnya berbeda.Manusia memerlukan makanan dan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan
kedewasaan. Selain itu manusia memerlukan pasangan hidup untuk melanjutkan
keturunannya.
b)
Konsep
Al-Insan Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) mempunyai potensi rohani
seperti fitrah, kalbu dan akal. Potensi itu menjadikan manusia sebagai makhluk
yang mempunyai kedudukan tinggi dan berbeda dengan makhluk lainnya. Apabila
manusia tidak menjalankan fungsi psikisnya ia tidak ubahnya seperti binatang
bahkan lebih hina. Selain itu manusia termasuk makhluk yang lalai, sehingga
sering lupa akan tugas dan tanggung jawabnya. sehingga mengakibatkan manusia
terjerumus dalam penderitaan hidup.
c)
Konsep
Al-Nas Manusia adalah makhluk sosial, ia diciptakan sebagai makhluk yang
bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian
berkembang biak menjadi suku bangsa untuk saling mengenal. Peranan manusia
dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat.
Sedangkan masyarakat dalam ruang lingkup yang paling sederhana adalah keluarga,
hingga keruang lingkup yang lebih luas yaitu antar negara dan bangsa.
d)
Konsep
Bani Adam sebagai Manusia, selaku bani adam dikaitkan dengan gambaran peran
Nabi Adam As. saat awal diciptakan. Dikala Adam As akan diciptakan para
malaikat seakan mengkhawatirkan kehadiran makhluk ini. Mereka memperkirakan
dengan penciptaannya, manusia akan jadi biang kerusakan dan pertumpahan darah.
Kemudian terbukti bahwa Adam As bersama istrinya Siti Hawa dikeluarkan karena
terjebak hasutan syetan. Mengacu dari
latar belakang penciptaannya, tampak manusia selaku bani Adam memiliki peluang
untuk digoda syetan. Namun lebih dari itu konsep Bani Adam dalam bentuk
menyeluruh menitikberatkan pada upaya pembinaan hubungan persaudaraan antara
sesama manusia. Menyatukan visi bahwa manusia pada hakikatnya berawal dari
nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Adam As. dengan demikian apapun latar
belakang sosial kultural, agama, bangsa dan bahasa harus dihargai dan
dimuliakan.
e)
Konsep
Khalifatullah,Hakikat penciptaan manusia dimuka bumi salah satunya adalah
sebagai khalifatullah. Manusia sebagai khalifah Allah, menjadi wakil Tuhan di
muka bumi, yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Sebagai wakil Tuhan, maka Tuhan telah mengajarkan kepada manusia tentang kebenaran-kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya – semua yang ada dalam alam ini – maka manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Tugas kekhalifahan pada dasarnya adalah tugas kebudayaan yang berciri kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Manusia dianugerahkan kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual (berfikir), kemampuannya menerima pelajaran tentang nama-nama benda dan kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tujuannya adalah untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup dimuka bumi ini.
Sebagai wakil Tuhan, maka Tuhan telah mengajarkan kepada manusia tentang kebenaran-kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya – semua yang ada dalam alam ini – maka manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Tugas kekhalifahan pada dasarnya adalah tugas kebudayaan yang berciri kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Manusia dianugerahkan kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual (berfikir), kemampuannya menerima pelajaran tentang nama-nama benda dan kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tujuannya adalah untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup dimuka bumi ini.
f)
Konsep
Abdillah ,Kata ábd disamping mempunyai arti budak, dalam pengertian negatif, ia
juga mengandung pengertian yang positif, yaitu dalam hubungan antara manusia
dengan penciptanya. Seorang hamba Tuhan artinya orang yang taat dan patuh
terhadap perintah-Nya. Kata ‘abid dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyebut semua
manusia dan jin. Kata “ibadah” diartikan sebagai sesuatu kegiatan penyembahan,
atau pengabdian kepada Allah. dalam pengertian sempit, kata ibadah hanya
menunjuk pada segala aktifitas pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat
Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya.
Sedang dalam pengertian luas, ibadah tidak hanya terbatas pada hal-hal yang disebutkan diatas, namun mencakup segala aktivitas pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata. Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal saleh dan latihan spiritual yang berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia. Dapat disimpulkan, bahwa hakikat penciptaan manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah dan juga sebagai ‘abd Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan ‘abd pada dasarnya merupakan kesatuan pembentuk kebudayaan. Kebudayaan dibentuk oleh adanya pemikiran terhadap alam sekitarnya dan pemahaman terhadap hukum-hukumnya yang kemudian diwujudkan dalam tindakan.
Sedang dalam pengertian luas, ibadah tidak hanya terbatas pada hal-hal yang disebutkan diatas, namun mencakup segala aktivitas pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata. Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal saleh dan latihan spiritual yang berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia. Dapat disimpulkan, bahwa hakikat penciptaan manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah dan juga sebagai ‘abd Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan ‘abd pada dasarnya merupakan kesatuan pembentuk kebudayaan. Kebudayaan dibentuk oleh adanya pemikiran terhadap alam sekitarnya dan pemahaman terhadap hukum-hukumnya yang kemudian diwujudkan dalam tindakan.
1. Fitrah
Manusia
Kata
“fitrah” berasal dari kata kerja (fi’il) فطر yang berarti
“menjadikan”. Secara etimologis fitrah berarti : kejadian, sifat semula jadi,
potensi dasar, kesucian. Didalam kamus munjid ditemukan bahwa fitrah mempunyai
arti yaitu sifat yang menyifati segala yang ada pada saat selesai di ciptakan.
Menurut Islam pengembangan fitrah secara sempurna adalah salah satu aspek utama tujuan pendidikan Islam. Perkembangan spiritual (ruh), kebebasan kemauan dan akal (‘aql) adalah aspek-aspek lain yang perlu dikembangkan disamping perkembangan jasmani dan ruhani.Diantara tujuan-tujuan khusus yang mungkin dapat diambil adalah menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri peserta didik, perasaan dan semangat keagamaan dan akhlak pada diri dan menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut kepada Allah.
Para ulama telah memberikan berbagai interpretasi tentang fitrah. Muzayyin menyimpulkan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang menusia yang dianugerahkan Allah kepadanya. Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.
Salah satu fitrah di antara sekian banyak jenis fitrah adalah fitrah beragama. Dengan fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai Tuhannya; atau dengan kata lain manusia dari asal kejadiannya mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya.
Menurut Islam pengembangan fitrah secara sempurna adalah salah satu aspek utama tujuan pendidikan Islam. Perkembangan spiritual (ruh), kebebasan kemauan dan akal (‘aql) adalah aspek-aspek lain yang perlu dikembangkan disamping perkembangan jasmani dan ruhani.Diantara tujuan-tujuan khusus yang mungkin dapat diambil adalah menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri peserta didik, perasaan dan semangat keagamaan dan akhlak pada diri dan menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut kepada Allah.
Para ulama telah memberikan berbagai interpretasi tentang fitrah. Muzayyin menyimpulkan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang menusia yang dianugerahkan Allah kepadanya. Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.
Salah satu fitrah di antara sekian banyak jenis fitrah adalah fitrah beragama. Dengan fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai Tuhannya; atau dengan kata lain manusia dari asal kejadiannya mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya.
2. Penciptaan
Manusia dan implikasinya terhadap pendidikan Islam
Apabila dilihat dari proses kejadian manusia secara khusus, maka nuthfah merupakan titik awal yang terus berproses menjadi manusia sempurna (kejadiannya) secara fisik/materi. M. Quraish Shihab sewaktu menyitir ayat Al-Mu’minun ayat 12-14, beliau menyimpulkan bahwa proses kejadian manusia secara fisik/ materi ada lima tahap, yaitu
Apabila dilihat dari proses kejadian manusia secara khusus, maka nuthfah merupakan titik awal yang terus berproses menjadi manusia sempurna (kejadiannya) secara fisik/materi. M. Quraish Shihab sewaktu menyitir ayat Al-Mu’minun ayat 12-14, beliau menyimpulkan bahwa proses kejadian manusia secara fisik/ materi ada lima tahap, yaitu
(1) Nuthfah;
(2) ‘Alaqah ;
(3) Mudlghah Atau Pembentuk
Organ-Organ Penting ;
(4) ‘Idham (Tulang); Dan
(5) Lahm (Daging).
Menurut Muhaimin, dalam proses kejadian manusia dapat ditemukan nilai-nilai pendidikan yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikan Islam, yaitu :
Menurut Muhaimin, dalam proses kejadian manusia dapat ditemukan nilai-nilai pendidikan yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikan Islam, yaitu :
a)
Salah
satu cara yang ditempuh oleh Al-Qur’an dalam menghantarkan manusia untuk
menghayati petunjuk-petunjuk Allah ialah dengan cara memperkenalkan jati diri
manusia itu sendiri, bagaimana asal kejadiannya, darimana datangnya dan
bagaimana ia hidup. Hal ini sangat perlu untuk diingatkan kepada manusia
melalui proses pendidikan, sebab gelombang hidup dan kehidupan seringkali menyebabkan
manusia lupa diri.
b)
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan penciptaan secara implisit mengungkapkan pula kehebatan,
kebesaran dan keagungan Allah Swt. dalam menciptakan manusia. Pendidikan dalam
Islam antara lain diarahkan kepada peningkatan iman, pengembangan wawasan atau
pemahaman serta penghayatan secara mendalam terhadap tanda-tanda keagungan dan
kebesaran Allah sebagai Sang Khaliq.
c)
Proses
kejadian manusia dalam Al-Qur’an melalui dua proses dengan enam tahap, yaitu
proses fisik/materi/jasadi (dengan lima tahap),dan proses non fisik/immateri
dengan satu tahap tersendiri yaitu tahap penghembusan/peniupan roh pada diri
manusia oleh Tuhan. Pada saat itu manusia memiliki berbagai potensi, fitrah,
hikmah yang hebat dan unik, baik lahir dan batin. Untuk itu pendidikan dalam
Islam, antara lain diarahkan kepada pengembangan jasmani dan rohani secara
harmonis, serta pengembangan fitrah manusia secara terpadu dan holistik.
d)
Proses
kejadian manusia yang tertuang dalam Al-Qur’an ternyata semakin diperkuat oleh
penemuan-penemuan ilmiah, sehingga memperkuat keyakinan manusia akan kebenaran
Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah Swt, bukan buatan atau ciptaan Nabi Muhammad
Saw. Maka dengan hal ini pendidikan dalam Islam antara lain diarahkan kepada
pengembangan semangat ilmiah untuk mencari dan menemukan kebenaran
ayat-ayat-Nya.
Menurut Muhaimin, implikasinya terhadap fungsi pendidikan Islam, antara lain untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai ‘abdullah (hamba yang harus selalu tunduk dan taat terhadap segala peraturan dan kehendak-Nya serta mengabdi hanya kepada-Nya), maupun sebagai ,khalifatullah , yang menyangkut pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Menurut Muhaimin, implikasinya terhadap fungsi pendidikan Islam, antara lain untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai ‘abdullah (hamba yang harus selalu tunduk dan taat terhadap segala peraturan dan kehendak-Nya serta mengabdi hanya kepada-Nya), maupun sebagai ,khalifatullah , yang menyangkut pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
3.Kedudukan Manusia Dalam
Pendidikan Islam
Lalu, bagaimana kedudukan manusia
dan ilmu pengetahuan dalam perspektif pendidikan Islam.Ada 9 unsur yang amat
penting yang senantiasa melekat dalam kaitannya dengan eksistensi manusia
dengan ilmu pengetahuan ,yaitu sebagai berikut:
1.
Manusia
adalah makhluk yang paling sempurna
2.
Kesempurnaan
manusia berada pada jasmani dan rohaninya
3.
Ciri
utama manusia yang sempurna adalah makhluk yang berfikir
4.
Akal
dapat membedakan baik dan buruk
5.
Akal
adalah alat utama agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya
6.
Akal
memproduk ilmu pengetahuan atas berbagai sumber ,misalnya dari
penginderaan,pengalaman,pengamatan,dan sebagainya
7.
Manusia
dengan akalnya dapat menciptakan pengetahuan yang bermanfaat sekaligus dapat
merusak tatanan kehidupan
8.
Islam
memberikan sistem etika yang baik dan benar agar manusia senantiasa
mengembangkan peranan akalnya dengan nilai-nilai yang diridhai Allah
9.
Manusia
yang tidak berakal adalah manusia yang telah rusak unsur saraf otaknya atau ia
merusak kehidupan dengan akalnya karena memanfaatkan akal tanpa nilai-nilai
ilahiyyah dan rubbubiyyah
Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan
mutlak manusia.Ilmu adalah bekal yang diperlukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan derajat kemanusiaan.Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk
menjangkau kehidupan duniawi dan ukhrawinya.Ilmu digapai manusia untuk
mendapatkan kebenaran.
Posisi ilmu dalam islam sangat sentral.Viitalis
serta keilmuan ilmu terungkap dalam sanjungan dan kehormatan yang diberikan
kepada para ilmuwan,tersirat dalam wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW.manusia
mempunyai beberapa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an
,diantaranya:
1.
Makhluk yang melampaui batas (Q.S Yunus:12)
2.
Manusia memiliki potensi beriman kepada Allah .Sebab,sebelum roh
(ciptaan)Allah dipertemukan dengan jasad pada rahim ibunya,roh yang berada di
alam gaib itu ditanya Allah,sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an surat
Al-A’raf:172
3.
Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Q.S.
Az-Zariyat:56
4.
Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah-Nya dibumi .ini
tertera dalam Q.S. Al-Baqarah:30
5.
Disamping akal ,manusia dilengkapi dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak.dijelaskan dalam Q.S. Al-Kahf:29
6.
Secara individual ,manusia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya.Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an:surat At-Tur:21
7.
Manusia diciptakan Allah denghan akhlak yang sempurna.Berakhlak
adalah ciri utama manusia dibanding makhluk lain.Artinya,manusia adalah makhluk
yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk
.Dalam Islam,kedudukan akhlak sangat penting,ia menjadi komponen ketiga dalam
islam.kedudukan ini dapat dilihat dalam sunnah,yang menyatakan bahwa beliau
diutus hanya untuk menyempurnakan akhlakmanusia yang mulia.[4]
B. Filosofi
Pendidikan Islam tentang Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata
didik,artinya bina ,pendidikan secara terminologis pendidikan adalah suatu
aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan
seumur hidup .Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak
manusia guna memilki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik
dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.[5]Secara
garis besar melalui pendekatan historis sosiologis, pendidikan Islam dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu dari sudut pandang masyarakat dan dari sudut
pandang individu. Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan
atau nilai-nilai budaya baik yang bersifat intelektual, keterampilan, dan
keahlian dari generasi sebelumnya kepada generasi sekarang agar masyarakat
tersebut terpelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara
kepribadiannya. Adapun dari segi individu pendidikan berarti upaya pengembangan
potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar
teraktualisasikan secara kongkret, sehingga hasilnya bisa dinikmati individu
dan masyarakat Pendidikan Islam harus dapat melihat kedudukan manusia sebagai
subjek didik yang memilki potensi untuk diberdayakan dan dikembangkan .Artinya
Pendidikan merupakan proses humanisasi dengan menghargai segala potensi yang
dimiliki manusia.Proses humanisasi dalam pendidikan,dimaksudkan sebagai upayamengembangkan
manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi
yang ada padanya.
Proses
pendidikan berusaha untuk melatih sensibilitas manusia (peserta
didik)sedemikian rupa ,sehingga perilaku mereka terhadap kehidupan
,langkah-langkah dan keputusan ,serta p[endekatan terhadap semua ilmu
pengetahuan diatur dan didasarkan kepada nilai-nilai etika Islam.Artinya,proses
pendidikan Islam akan menghasilkan manusia yang beramal ilahiyah dan berilmu
ilahiah sebagai manusia yang unggul (insan kamil).[6]
Pendidikan
itu mempunyai fungsi ganda. Pada satu sisi pendidikan berfungsi untuk
memindahkan nilai-nilai menuju pemilikan nilai (internalisasi atau
personalisasi) untuk memelihara kelangsungan hidup (survive) suatu masyarakat
dan peradaban, pada sisi yang lain pendidikan berfungsi untuk
mengaktualisasikan fitrah manusia agar dapat hidup secara optimal, baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat, serta mampu memikul tanggung jawab atas
segala perbuatannya sehingga memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang
sempurna. Pendidikan Islam sebagai suatu proses spiritual, akhlaq, dan sosial
sudah barang tentu berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai
prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat.
1.Hakikat Pendidikan
Hakikat
pendidikan menjangkau 4 hal yang sangat mendasar ,yaitu sebagai berikut:
a.
Pendidikan
pada hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi
utama dari manusia sebagai makhluk yang berfikir.Dengan pembinaan olah
fikir,manusia diharapkan semakin meningkat kecerdasannya dan meningkat pula
kedewasaan berfikirnya,terutama memiliki kecerdasan dalam memecahkan
permasalahan dalam kehidupannya;
b.
Pendidikan
pada hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu
pengetahuan yang memadai dari hasil olah fikirnya.keterampilan yang dimaksudkan
adalah suatu objek tertentu yang membantu kehidupan manusia karena dengan
keterampilan tersebut,manusia mencari rezeki dan mempertahankan kehidupannya;
c.
Pendidikan
dilakukan dilembaga formal dan non formal,sebagaimana dilaksanakan
disekolah,keluarga,dan lingkungan masyarakat;
d.
Pendidikan
bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang
tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual
masyarakat ,etika dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa serta
terbentuknya kepribadian yang luhur.
Hakikat pendidikan dalam Islam
adalah kewajiban mutlaq yang dibebankan kepada semua umat Islam,bahkan
kewajiban pendidikan atau mencari Ilmu dimulai semenjak bayi dalam kandungan
hingga masuk ke liang lahat.
Pendidikan Agama menjadi bagian
utama dalam pendidikan Islam (Zuhairini dkk,2004:152).Oleh sebab itu,hakikat
pendidikan Islam dapat diartikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran
Al-Qur’an dan As-Sunnah.Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Asy-Syuara
ayat 52 yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah cahaya yang memeberi petunjuk
kehidupan .Dengan demikian ,hakikat pendidikan Islam adalah upaya tanpa putus
asa untuk menggali hidayah yang terkandung dalam Al-Qur’an.[7]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan
dan manusia selamanya tak kan pernah terpisah dan hilang dalam peradaban
manapun dan kapan pun. Oleh karenanya diskursus mengeni keduanya merupakan
sebuah kemestian untuk terus dikaji dan ditelaah secara komprehensif sehingga
menciptakan keserasian ketika antara keduanya saling berinteraksi dalam
dinamikanya. Pendidikan Islam jika dilihat sebagai suatu metode dan tujuan
yaitu untuk mengenal dan mengembangkan fitrah manusia sebagai khalifatullah fi
al-ard sudah selayaknya akan selalu mencerna semua perubahan disetiap peradaban
yang terdapat dalam masa dan tempat yang berbeda.
Konsep manusia dalam pandangan Islam terdiri dari berbagai konsep-konsep dasar meliputi konsep khalifah Allah di muka bumi yang mengandung potensi seperti fitrah manusia, roh disamping pemenuhan kebutuhan jasmani, kebebasan kemauan manusia dan potensi akal pikiran. Adapun mengenai implikasi konsep manusia, pada intinya pendidikan Islam dalam tujuan akhirnya (ultimate aim) adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang ciri-cirinya terkandung dalam konsep ibadah dan amanah yaitu memiliki fitrah, roh disamping badan, kemauan yang bebas, dan akal. Dengan kata lain tugas pendidikan adalah mengembangkan keempat aspek ini pada manusia agar ia dapat menempati kedudukan sebagai khalifah.
Pendidikan dalam Islam tidak semata-mata pencarian keilmuan yang bersifat positivistik an sich, lebih dari itu sebuah pendidikan merupakan aktifitas ibadah dalam pembangunan akhlaq al-karimah yang mendorong manusia untuk bisa menempuh kehidupan yang bertauhid dan sesuai dengan norma-norma Islam. Oleh karena itu pendidikan dalam Islam bukan merupakan suatu tujuan akan tetapi suatu metode yang bertujuan untuk kebenaran (haq) dan kebahagiaan manusia itu sendiri.
Konsep manusia dalam pandangan Islam terdiri dari berbagai konsep-konsep dasar meliputi konsep khalifah Allah di muka bumi yang mengandung potensi seperti fitrah manusia, roh disamping pemenuhan kebutuhan jasmani, kebebasan kemauan manusia dan potensi akal pikiran. Adapun mengenai implikasi konsep manusia, pada intinya pendidikan Islam dalam tujuan akhirnya (ultimate aim) adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang ciri-cirinya terkandung dalam konsep ibadah dan amanah yaitu memiliki fitrah, roh disamping badan, kemauan yang bebas, dan akal. Dengan kata lain tugas pendidikan adalah mengembangkan keempat aspek ini pada manusia agar ia dapat menempati kedudukan sebagai khalifah.
Pendidikan dalam Islam tidak semata-mata pencarian keilmuan yang bersifat positivistik an sich, lebih dari itu sebuah pendidikan merupakan aktifitas ibadah dalam pembangunan akhlaq al-karimah yang mendorong manusia untuk bisa menempuh kehidupan yang bertauhid dan sesuai dengan norma-norma Islam. Oleh karena itu pendidikan dalam Islam bukan merupakan suatu tujuan akan tetapi suatu metode yang bertujuan untuk kebenaran (haq) dan kebahagiaan manusia itu sendiri.
B.Kritik Dan Saran
Dari
pembahasan diatas,tentunya makalah kelompok empat ini tidak luput dari
kesalahan ,maka untuk itu kelompok empat menerima berbagai kritikan dan saran
untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya atau makalah pembahasan yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kamaludin,Undang Ahmad,Filsafat Manusia (Sebuah
Perbandungan Antara Islam Dan Barat),(Bandung:Pustaka Setia,2012)
Basri,Hasan,Filsafat
Pendidikan Islam(Bandung :Pustaka Setia,2009)
Tafsir,Ahmad,Filsafat
Pendidikan Islami,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2008)
[1] Undang Ahmad Kamaludin,Filsafat Manusia (Sebuah Perbandungan
Antara Islam Dan Barat)(Bandung:Pustaka Setia,2012),Hlm.13
[2] Ibid,Hlm.15
[3]
Ahmad Tafsir,Filsafat Pendidikan Islami,(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2008)Hlm.14-16
[4] Ibid ,Hlm.168-171
[5] Hasan Basri,Filsafat
Pendidikan Islam(Bandung :Pustaka Setia,2009)Hlm.53-54
[6]
Undang Ahmad Kamaludin,Filsafat Manusia (Sebuah Perbandungan Antara
Islam Dan Barat),(Bandung:Pustaka Setia,2012),Hlm.242
[7] Opcit,Hlm.55-57
No comments:
Post a Comment