FILOSOFI PENDIDIKAN
ISLAM TENTANG ISI KURIKULUM DAN ISI PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan Islam
Disusun
Oleh:
Kelompok 8
Susi Susanti
Lerin Pradista
Yogi Arnandes
Dosen
pembimbing :
Nur
asyiah, S.Ag.,M.Pd.I
JURUSAN
TARBIAH PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KERINCI
T.A
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG ISI KURIKULUM DAN
ISI PENDIDIKAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas pokok filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah
bagi tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus direncanakan
(diprogramkan) dalam kurikulum. Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian
dan keseimbangan. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus tergambar di
dalam program yang tertuang di dalam kurikulum, bahkan program itulah yang
mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses kependidikan.
Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan Islam.
Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh peserta
didik, harus ditetapkan dalam kurikulum. Juga segala hal yang harus diajarkan
oleh pendidik kepada peserta didik, harus dijabarkan ke dalam kurikulum.
Dengan demikian, dalam
kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus
terjadi dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik. Jadi, kurikulum menggambarkan kegiatan belajar-mengajar dalam suatu
lembaga kependidikan. Di dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian
ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, dan
peserta didik mempelajarinya, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat
kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap peserta
didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Kurikulum sebagai
rancangan pendidikan, mempunyai kedudukansentral, menentukan kegiatan dan hasil
pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kuriklum yang lemah akan menghasilkan
manusia yang lemah pula.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa filosofi pendidikan Islam tentang isi kurikulum?
2.
Apa filosofi pendidikan Islam tentang isi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Filosofi Pendidikan Islam Tentang Isi Kurikulum
1.
Pengertian kurikulum
Kurikulum
berasal dari bahasa latin, yaitu curriculum,
yang artinya a running course atau race course dan dalam bahasa
prancis, yaitu courier, artinya berlari. Berdasarkan pengertian ini,
dalam konteks dunia pendidikan, kurikulum berarti “circle of instruction” yaitu
suatu lingkaran pembelajaran dimana guru dan peserta didik terlibat didalamnya.
Adapula yang mengatakan kurikulum ialah
arena pertandingan, tempat belajar bertanding untuk menguasai pelajaran untuk
mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjaan.[1]
Apabila
aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan sekaligus tiga tujuan yang
hendak dicapai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, kurikulum yang
dimaksudkan adalah semua aspek yang direncanakan dalam pendidikan yang
bertujuan mencapai tiga ranah tersebut. Dengan demikian, berbicara tentang
kurikulum bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi semua aspek yang
terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama berkaitan dengan mata pelajaran,
system dan metode pembelajaran, hubungan interaktif antara pendidik dan anak
didik, pengawasan perkembangan mental anak didik, dan system evaluasi, dan
sebagainya.
Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata, kurikulum adalah rencana pendidikan atau pengajaran. Dalam
rencana pendidikan terdapat pedoman atau pegangan dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam system persekolahan terdapat 4 subsistem yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, yaitu:
1.
Kegiatan mengajar (teaching)
2.
Kegiatan belajar (learning)
3.
Kegiatan pembelajaran (instruction)
4.
Kurikulum, pedoman semua proses pembelajaran
Dalam kosa kata
bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan istilah manhaj yang berati
jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam dalam berbagai
bidang kehidupan. Apabila pengertian dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj
atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui pendidik dan peserta didik
untuk mengembang pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
2.
Hakikat kurikulum
Secara
filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam
upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang
disepakati. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan memiliki kurikulum
masing-masing.[2]
Kurikulum
dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana
pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang dinamis adalah yang dinamis,
actual, teoritis, dan aplikatif. Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan
siswa, pengembangan pribadi siswa, ataupun keterampilan kerja. Dengan tujuab
tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk kerja. Dengan tujuan
tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya. Penguasaan
pengetahuan akan berkaitan dengan penyajian materi ilmu pengetahuan teoritis,
pengembangan pribadi akan berkaitan dengan kurikulum yang diarahkan pada
pengetahuan tingkah laku, moralitas dan agama, kemampuan keterampilan
kurikulumnya diarahkan pada pengetahuan terapan yang memperkuat profesionalitas
anak didik dalam memperdalam keahlian tertentu supaya siap pakai kerja
sekaligus siap memperoleh penghasilan.
Kurikulum yang
dijadikan standar mutu pendidikan Islam perlu memperhatikan beberapa prinsip
dibawah ini:
1.
Prinsip pertautan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Seluruh rencana
pengajaran yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, materi pelajaran,
tujuan, metode, dan evaluasi harus berkaitan nilai-nilai ajaran Islam. Dan
perlakuan dan hubungan yang berlaku lembaga pendidikan harus berdasarkan agama
Islam.
2.
Prinsip universal artinya bahwa kandungan kurikulum sebagai rencana
pengajaran berkaitan dengan semua aspek kebutuhan manusia sebagai anak didik,
baik aspek jasmani maupun aspek rohani. Kandungan kurikulum menyentuh akal dan
anak didik. Pendidikan yang di kembangkan bukan pendidikan sekuler, melainkan
pendidikan rasional yang artinya mengajarkan semua ilmu pengetahuan yang
bermanfaat untuk kehidupan anak didik didunia dan menjadi bekal di akhirat.
Oleh sebab itu, tidak dikenal pemilihan dan pemilahan ilmu, misalnya ilmu umum
dan ilmu agama (sebagai ilmu khusus), semua ilmu berasal dari Allah dan wajib
dituntut sedalam mungkin karena perintah Allah dan Rasulullah SAW.
3.
Prinsip keseimbangan, sebagai prinsip lanjutan setelah menjalankan
prinsip universal. Artinya kurikulum harus berisi rencana pengajaran yang
seimbang untuk kebutuhan dunia dan akhirat. Karena kaum muslimin harus memilih jalan tengah,
keseimbangan, dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.
4.
Prinsip interaksional edukatif, artinya kurikulum yang berkaitan dengan bakat, minat,
kemampuan dan kebutuhan belajar. Begitu juga, dengan alam sekitar fisik dan
social tempat anak didik hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan,
kemahiran pengalaman, dan sikapnya. Dengan memelihara prinsip ini, kurikulum
akan lebih sesuai dengan sifat anak didik, lebih memenuhi kebutuhannya, dan
lebih sejalan dengan Susana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat. [3]
5.
Prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber
pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum,. Metode mengajar pendidikan
Islam mencela sifat membeo (taklid) secara membabi buta ataupun bertahan
pada sesuatu yang kuno, yang mewarisi dan mengikutinya. Islam mengalahkan
perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.
6.
Prinsip empirisistik, artinya kurikulum dikembangkan dengan dinamis
dan selalu actual karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan
Negara. Anak didik adalah generasi pelanjut bangsa dan Negara yang diharapkan
memiliki kemampuan memimpin dan mengelola semua kekayaan alam demi kemakmuran
dan kejahteraan masyarakat pada masa sekarang dan masa dan masa yang akan
dating. Cita-cita tersebut secara langsung berkaitan dengan kurikulum sekolah
dan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh berbagai lembaga pendidikan
Indonesia.[4]
Setiap mata
pelajaran diharapkan mengarahkan anak didik pada sikap-sikap yang patut
diteladani, penguatan pemahaman ketauhidan danketeabalan iman sehingga anak
didik yang digembleng dalam pendidikan, dengan kurikulum yang dimaksud memilki
pandangan yang luas tidak mudah putus asa dalam menghadapi kehidupan, optimis,
dan kreatif.
Hakikat
kurikulum pendidikan memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:
1.
Dalam kurikulum terdapat tujuan utama, yaitu pembinaan anak didik
untuk beriman dan bertakwa. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari akar-akar
kebudayaan normative suatu bangsa.
2.
Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk
yang memiliki keyakinan kepada Tuhan.
3.
Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan
landasan karakter budaya lokal dan kebangsaan yang utuh.
4.
Mengarahkan minat dan bakat serta menngkatkan kemampuan intelek
anak didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkret.
5.
Pembinaan akhlak anak didik sehingga pergaulannya tidak keluar
dari tuntunan dan nilai-nilai moral.
6.
Tidak ada kedaluwarsa kurikulum karena cirri khas kurikulum yang
baik senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, bahkan menjadi filter
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya di kehidupan masyarakat.[5]
Hakikat dari
prinsip keseimbangan kurikulum didasarkan kepada firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77:
Artinya:
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagian) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan dan
berbuat baiklah (kepada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ayat tersebut
adalah perintah yang berfaedah wajib, artinya semua umat Islam wajib
melaksanakan system kehidupan yang seimbang antara kehidupan jasmani dan
kehidupan rohani, keseimbangan pengaturan kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Termasuk dalam menyusun kurikulum sebagai pedoman pengajran adalah mencerminkan
keseimbangan tujuan pembelajaran dan materi materi yang diarahkan pada
pencapaian keseimbangan tujuan duniawi dan uhkrawi.
Hikmah yang
dapat diambil dari ayat diatas adalah sebagai berikut:
1.
Manusia dalam mengembangkan pendidikan dan system kurikulum sebagai
pedoman pembelajaran harus menciptakan manfaat duniawi dan uhkrawi karena pada
hakikatnya ilmu diamalkan di dunia sebagai bekal di akhirat.
2.
Sistem kurikulum dibuat merupakan bagian dari cara manusia beribadah
kepada Allah sehingga manusia tidak dipermainkan oleh hawa nafsu dunia,
sebaliknya dunia dimanfaatkan sebagai ladang
di akhirat.
3.
Untuk meraih kebahagiaan
dunia diperlukan ilmu untuk kebahagiaan akhirat di perlukan ilmu dan untuk
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat diperlukan ilmu.
4.
Lembaga pendidikan yang menyajikan kurikulum dengan landasan
nilai-nilai Islami sama dengan mempersiapkan manusia yang senantiasa siap
menghadapi kehidupan dan kematian.
Perubahan
kurikulum adalah usaha yang kuat dan sungguh-sungguh dari pendidikan yang ingin
mencerdaskan bangsa dan mengubah kehidupan generasi penerus menjadi generasi
yang cerdas, beriman dan bertakwa.
Ciri-ciri
kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.
1.
Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
2.
Berorientasi pada hasil
belajar.
3.
Penyampain dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang berpariasi.
4.
Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukati.
5.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapain suatu kopetensi
3.
Isi Kurikulum
Pendidikan Islam
Abdul-Rahman
Salih Abdullah membagi kurikulum pendidikan Islam dalam tiga kategori sebagai berikut :
a.
Al-ulum
al-diniyyah, yaitu ilmu-ilmu keislaman normatif yang
menjadi kerangka acuan bagi segala ilmu yang ada.
b.
Al-ulum al-insaniyyah, yaitu
ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang berkaitan dengan manusia dan interaksinya,
seperti sosiologi, psikologi,
antropologi, pendidikan dan lain-lain.
c.
Al-ulum al-kauniyyah, yaitu
ilmu-ilmu kealaman yang mengandung azas kepastian, seperti fisika, kimia,
matematika, dan lain-lain.
Cakupan bahan
pengajaran yang ada dalam suatu kurikulum kini terus semakin luas atau
mengalami perkembangan karena tuntutan dari kemajuan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, tekhnologi yang terjadi di dalam masyarakat, dan beban yang
diberikan pada sekolah.
Berdasarkan tuntutan perkembangan
itu maka para perancang menetapakan cakupan kurikulum meliputi 4 bagian
yaitunya :
1. Tujuan merupakan arah, sasaran, target yang
akan dicapai melalui proses belajar mengajar.
2.
Isi merupakan
bagian yang berisi pengetahuan, informasi, data, aktifitas, dan pengalaman yang
diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3.
Metode merupakan cara yang digunakan guru atau dosen kepada peserta didik untuk
menyampaikan mata pelajaran agar mudah dimengerti.
4.
Evaluasi merupakan cara yang dilakukan guru untuk melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil mata pelajaran.
Allah berfirman
dalam Q.S. Fushshilat ayat 53 mengenai isi kurikulum yang artinya:“Kami akan
memeperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami disegenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup
bagi kamu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”
Ayat tersebut
terkandung tiga isi kurikulum pendidikan Islam,yaitu:
1. Isi kurikulum
yang berorientasi pada “ketuhanan”.
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan
ketuhanan, mengenal dzat, sifat, perbuatan-Nya, dan relasinya terhadap manusia
dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu
fiqh, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah (tafsir,
mushtholah, linguistic, ushul fiqh, dan sebagainya). Isi kurikulum ini berpijak
pada wahyu Allah SWT.
2. Isi kurikulum
yang berorientasi pada “kemanusiaan”.
Rumusan
isi kurikulum yang berkaitan dengan perilaku manusia, baik manusia sebagai
makhluk individu, makhluk social, makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian
ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi,
sejarah lenguistik, seni, arsitek, filsafat, psikologi, paedagogis, biologi,
kedokteran, pedagangan, komunikasi, administrasi, matematika, dan sebagainya.
Isi kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat anfusi.
3.
Isi
kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”.
Rumusan
isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang
diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika,
kimia, pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi, astronomi, ruang angkasa,
geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetik, dan sebagainya. Isi kurikulum
ini berpijak pada ayat-ayat afaqi.
B.
Filosofi Pendidikan Islam Tentang Isi Pendidikan
1.
Pengertian Isi Pendidikan
Isi pendidikan
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan
pertumbuhan dan perkembangan.
Orang-orang Yunani menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada
dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua
“manusia.”
Manusia perlu
dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah
menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.[6]
Maka tujuan dari
mendidik ialah memanusiakan manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi
manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Jadi, isi pendidikan
ialah tindakan-tindakan yang membawa anak
didik mengalami, menghayati nilai-nilai kemanusiaan, sehingga anak didik
membangun nilai-nilai kemanusiaan dalam kepribadiannya.
2. Macam-macam Isi dari Pendidikan
1. Pendidikan jasmani dan
keterampilan
Pendidikan jasmani dan keterampilan ini mencakup pertumbuhan fisik
yang sehat, kelincahan, keterampilan,menggunakan anggota badan berkaitan dengan
makanan, minuman,udara segar, istirahat, pakaian, perumahan dan sebagainya.
Tujuannya agar anak didik menerima, menghargai, merawat dan melatih
tubuhnya.
2. Pendidikan seni
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan tumbuhnya rasa seni, senang
akan keharmonisan, keteraturan dankebutuhan dalam diri anak. Tujuannya agar
anak didik mengembangkan rasa keindahan.
3. Pendidikan intelektual
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan realisasi kemampuan
intelektual anak didik dalam memecahkan masalah konkrit yang dihadapi
sehari-hari. Tujuannya agar anak didik mengembangkan kemampaun berpikir
dan cara mengatasi persoalan secara tepat.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Dari ragamnya pengertian kurikulum yang diungkapkan oleh para ahli dapat kita tarik kesimpulan, bahwa di satu
pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain
pihak lebih menekankan pada proses atau pengelaman belajar. Pengertian lama tentang kurikulum lebih menekankan
pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau
kuliah di sekolah atau perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu ijazah juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Sedangkan pengertian baru lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar
dalam arti sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olah raga, seni yang
disediakan oleh sekolah bagi para peserta didiknya di dalam dan di luar
sekolah, dengan maksud mendorong mereka untuk berkembang menyeluruh dalam
segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan.
Isi pendidikan
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan
pertumbuhan dan perkembangan.
Orang-orang Yunani menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada
dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua
“manusia.”
Manusia perlu
dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah
menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Basri, 2009. Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia
Anas
Salahudin, 2011. Filsafat
Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmad
tafsir, 2008. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
[3]. Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2011, hlm 169
[4]. Opcit, hlm 130
[6] . Ahmad tafsir, Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008 hlm 33
No comments:
Post a Comment