FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG METODOLOGI PENDIDIKAN
DAN ILMU
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
.
Di Susun Oleh: KELOMPOK X
RONAZUL
PITA
Tomi enramika
Dosen Pengampu:
BUSTIAN ARDINATA, S.Pd, M.A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KERINCI
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA) 6
TAHUN AKADEMIK 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW., dijelaskan bahwa menuntut ilmu adalah
kewajiban setiap muslim agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak
dibodohi oleh nafsu. Apalagi pada saat
ini, telah banyak sekali berkembangnya tekhnologi. Dan apabila kita tidak dapat
mengkutinya maka kita akan mudah diperangi oleh musuh islam baik dari segi
akhlak ataupun fikiran.
Dalam
mempelajari suatu ilmu, seorang peserta didik atau orang yang mempelajari ilmu
tersebut haruslah mengetahui hakikat ilmu yang dipelajari menurut agama agar
tidak bertentangan dengan agama. Begitu juga dengan agama islam, seorang siswa
haruslah mengetahui apa-apa saja yang harus ada di dalam ilmu tersebut dan
manfaat apa yang dapat di petik dari ilmu tersebut.
Akan
tetapi, terkadang peserta didik tidak mengetahui ilmu mana yang seharusnya
dipelajari dan yang tidak. Padahal hal itu sangatlah penting agar ilmu itu
dapat menjadikan seorang siswa tersebut lebih baik dan dapat tercapai nya
tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang filosofi
pendidikan islam tentang metodologi pendidikan dan ilmu. Agar pembaca atau
calon pendidik dapat mengajarkan suatu ilmu atau pengetahuan kepada peserta
didiknya berdasarkan landasan islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang di maksud dengan pendidikan menurut pandangan
islam?
2.
Apa sajakah metode-metode yang terdapat didalam
pembelajaran menurut pandangan islam?
3.
Apakah yang dimaksud dengan ilmu menurut pandangan islam?
4.
Apakah ada perbedaan antara pendidikan dan ilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filosofi Pendidikan
Islam Tentang Metodologi Pendidikan
1.
Pengertian
Metodologi Pendidikan
Kata metodologi mempunyai 2 suku
kata. Yaitu metode dan logi. Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara
etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta
dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan”
atau “cara”. Dalam
Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan
dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa
Indonesia. Sedangkan kata logi
berasal dari kata logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi adalah ilmu
tentang jalan atau cara-cara.
Sedangkan
menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi tentang metodologi pendidikan:
1.
Winarno
Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2.
Abu
Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
3.
Ramayulis
mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses
pembelajaran.
4.
Omar
Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah
yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan
tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan
dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
2.
Asas Metode
Pendidikan Islam
Dalam
penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau
social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan
Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan
pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah
mengacu pada asas-asas/dasar-dasar
metode pendidikan tersebut. Asas metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah:
1.
Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan
dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam
merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai
metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang
muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan
Hadits.
2.
Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia
mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis
perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula
daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3.
Asas Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan
nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat
diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi
psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk
mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam
konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4.
Asas sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada
interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai
terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis
peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit
untuk dicapai.
3.
Macam-macam
Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai
ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari
Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
a.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al
Qur’an :
“Maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka
bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu
akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup
duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan” (Q.S. Yunus : 23)
b.
Metode
Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca.
Konsep dasar metode ini terdapat dalam hadits
berikut ini yang artinya:
Hadis
Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari
ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu
Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya
ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima
kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya?
Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda;
Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim,
I: 462-463)
c.
Metode
Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan
menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman
Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar
(dialog).
Prinsip
dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi:
“Dan
mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan.Inilah hari
keputusan yang kamu selalu mendustakannya(kepada Malaikat diperintahkan):
“Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan
sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,Selain Allah; Maka tunjukkanlah
kepada mereka jalan ke neraka”. (Q.S. Assafat : 20-23)
Selain
itu terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :
Artinya: “Hadis
Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far
dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw.
bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka;
orang yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang
yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
(pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh
ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul
orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis
sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan
dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka”.(Muslim,
t.t, IV: 1997)
d.
Metode
Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa
oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al
Qur’an yang berbunyi :
“Hai orang
yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (Q.S. Al-Mudassir:1-7)
e.
Metode
Demontrasi
Metode
demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses
sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang
berbunyi:
Hadis
dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya “Ayyũb
dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan
kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam)
20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat
lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau
menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan
kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan
tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau
menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah
sebagaimana kalian melihat aku salat”. (al-Bukhari, I: 226)
f.
Metode Eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid
melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati
oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid
sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
Artinya: “Hadits Adam,
katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang
laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan
tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah
anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum
salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya
menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda:
”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke
tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah”.(al-Bukhari,
I: 129)
g.
Metode
Amsal/Perumpamaan
Yaitu
cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an:
“Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api Maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang
berbunyi :
Hadis
dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as-
Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: “Perumpamaan
orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di
tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sin”i. (Muslim,
IV: 2146)
h.
Metode
Targhib dan Tarhib
Yaitu
cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan
ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik
melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut
ini :
Hadis
Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi
Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?,
Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak
ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya
melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada
hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas
dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
i.
Metode Pengulangan
(Tikror)
Yaitu
cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
Artinya: “Hadis
Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari
ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang
berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan
baginya”.
(As-Sijistani, t.t, II: 716).[1]
B.
Filosofi Pendidikan Islam Tentang
Ilmu
1.
Pengertian dan Keutamaan Ilmu
Ilmu adalah isim masdar dari
‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Secara
istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal. Kata
ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Alqur’an, dan digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Ilmu dari segi
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan. Jadi dalam batasan ini faktor kejelasan merupakan
bagian penting dari ilmu.
Dari segi maknanya, pengertian
ilmu sepanjang terbaca dalam pustaka menunjuk sekurang-kurangnya pada tiga hal,
yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Diantara para filosof dari berbagai
aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis
dari pengetahuan. Jadi pada umumnya ilmu diartikan sebagai sejenis dengan
pengetahuan, akan tetapi tidak semua pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu.
Karena mungkin saja pengetahuan tersebut tidak berdasarkan pada metode ilmiah.
Para ulama menyimpulkan bahwa
menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah
hukum dasar menuntut ilmu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang telah
diriwayatkan oleh Anas bin Malik :
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: “Menunut ilmu
hukumnya wajib bagi orang islam (HR. Ibnu Majjah)
Peranan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga tidaklah sama antara
orang yang berpengetahuan dan orang yang tidak berpengetahuan.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ (الزمر:9
Artinya : "Katakanlah :"Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran." (Az-Zumar:9)
Allah SWT juga berfirman:
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
(آل عمران: 18)
Artinya: “Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
yang menyatakan tiada yang berhak disembah selain Allah adalah dzat Allah
sendiri, lalu para malaikat dan para ahli ilmu. Diletakkannya para ahli ilmu
pada urutan ke-3 adalah sebuah pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan
keutamaan para mereka.
Dalam ayat lain Allah
berfirman:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ (المجادلة:11)
Artinya: “Niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)
2. Pandangan Ulama tentang
Pentingnya Ilmu
Imam As-Syafi’i mengatakan:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ
Artinya: “Barang siapa
menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang
siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu.
Abu Aswad berkata :
وقال أبو
الأسود: ليس شيء أعز من العلم، الملوك حكام على الناس والعلماء حكام على الملوك
Artinya : “Tidak ada sesuatu yang
lebih mulia dari pada ilmu, kerajaan itu bertindak menghakimi manusia,
sementara ulama bertindak menghakimi kerajaan”
Dari perkataan abu Aswad tersebut
dapat diambil ibroh bahwa ketika sistem kepemerintahan dikendalikan oleh
ulama, pasti kepemerintahan tersebut akan berjalan dengan lancar dan sejahtera.
Artinya ilmu sangat penting untuk bisa mengendalikan tatanan kenegaraan yang
sistematis.
3.
Tujuan Menuntut Ilmu
a.
Memperbaiki Diri
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS.
Al-Ankabut : 69)
Antara tujuan utama kita dalam menuntut ilmu adalah agar
dapat memperbaiki diri. Memperbaiki diri bermaksud berusaha bersungguh-sungguh
untuk menambah ilmu pengetahuan serta membawa ibadah dan juga taraf kehidupan
ke tempat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan menuntut ilmu kita secara
tidak langsung bukan saja mendapat petunjuk, malah dipimpin ke jalan yang
lurus.
b.
Mensyukuri Nikmat
Allah yang Maha Agung
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman; dan mereka
berdua bersyukur dengan berkata: "Segala puji tertentu bagi
Allah yang dengan limpah karuniaNya memberi kami kelebihan mengatasi
kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman". (QS. An-Naml : 15)
Walaupun ayat berkenaan tentang ilmu yang diberikan
kepada Nabi Daud a.s dan Nabi Sulaiman a.s, namun lafaznya umum. Antara
nikmat terbesar yang dikurniakan kepada manusia adalah nikmat akal untuk
belajar dan memahami ilmu dalam menjalani kehidupan di dunia dan
persediaan untuk akhirat. Maka antara tujuan kita dalam usaha menuntut ilmu
adalah sebagai tanda syukur atas segala macam nikmat-Nya.
c.
Menegakkan
Agama Islam
“Dan tidaklah (betul dan elok) orang-orang yang beriman
keluar semuanya (pergi berperang); oleh itu, hendaklah keluar sebahagian
sahaja dari tiap-tiap puak di antara mereka, supaya orang-orang (yang tinggal)
itu mempelajari secara mendalam ilmu yang dituntut di dalam agama, dan
supaya mereka dapat mengajar kaumnya (yang keluar berjuang) apabila orang-orang
itu kembali kepada mereka; mudah-mudahan mereka dapat berjaga-jaga (dari melakukan
larangan Allah)”. (QS. At-Taubah : 122)
Menegakkan agama Islam bermaksud memuliakan,
mengamalkan perintah dan larangannya, melaksanakan hukum-hukumnya, dan
menyebarkannya dengan cara melalui umat Islam yang beriman, beramal soleh
dan berpendidikan, mampu memerintah, adil dan mampu memikul tanggungjawab
sebagai hamba dan khalifah Allah yang Maha Tinggi di muka bumi.[2]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metodologi pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode atau cara-cara di dalam pembelajaran.
Diantara metode-metode yang dapat digunakan dalam belajar mengajar yaitu metode
ceramah, tanya jawab, demontrasi, eksperimen dan lain-lain.
Sedangkan pengertian
ilmu menurut para filosof dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa
ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan. Jadi pada umumnya
ilmu diartikan sebagai sejenis dengan pengetahuan, akan tetapi tidak semua
pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu. Karena mungkin saja pengetahuan
tersebut tidak berdasarkan pada metode ilmiah. Yang mempunyai tujuan
diantaranya adalah untuk memperbaiki diri, mensyukuri nikmat Allah SWT., dan
menegakkan agama islam.
B.
Kritik dan Saran
Makalah
ini mencoba mengajak pembaca kearah pemahaman tentang metode-metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran menurut pandangan islam dan juga pandangan islam
tentang hakikat ilmu agar pembaca atau calon pendidik dapat mengetahui apa saja
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan tidak bertentangan dengan
agama islam. Dan juga perbedaan antara pendidikan dan ilmu agar pendidik tidak
ragu dalam menyampaikan materi atau bahan ajar kepada peserta didik.
Oleh
karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam karya
ilmiah ini untuk makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
2. http://chantryintelex.blogspot.com/2014/05/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-al.html
[1]
http://dekigusman.blogspot.com/2011/07/makalah-metode-pendidikan-islam-dalam.html,
Jum’at, 01/05/2015, 13:24
[2] http://chantryintelex.blogspot.com/2014/05/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-al.html, Sabtu, 02/05/2015, 11:12
No comments:
Post a Comment