FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG
KEPRIBADIAN DAN TINGKAH LAKU MANUSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen pembimbing:
Bustian, MA
Di susun oleh:
Puput Melati
Rori Anugraha
Irfan Efendi
MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN
BAHASA ARAB (PBA)VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
T.A 20014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia merupakan
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu dalam
bersosialisasi manusia membutuhkan kepribadian dan tingkah laku.
Istilah kepribadian menunjukkan sesuatu yang khas ada pada
manusia, yang membedakan manusia dengan yang lainnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama
dengan orang lain bahkan yang kembar sekalipun.
Sedangkan tingkah laku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas orang yang bersangkutan yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung. Tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas
manusia itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba
menjelaskan tentang kepribadian dan tingkah laku manusia dalam makalah yang
berjudul “Filosofi Pendidikan Islam Tentang Kepribadian dan Tingkah Laku
Manusia”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana penjelasan tentang
kepribadian manusia ?
2.
Bagaimana penjelasan tentang
tingkah laku manusia ?
3.
Bagaimana faktor pembentuk
kepribadian dan tingkah laku manusia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
Filosofi
Pendidikan Islam Tentang Kepribadian
Dan
Tingkah Laku Manusia
A. Kepribadian
Manusia
“Kata pribadi diartikan
sebagai keadaan manusia orang per orang,atau keseluruhan sifat – sifat yang
merupakan watak perorangan. Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada
sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau
bangsa lain”(Anton M Moelieno,1989).
Dalam pengertian umum,
kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang
dimiliki seseorang atau bangsa.
Wetherington
menyimpulkan, bahwa kepribadian memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Manusia
karena keturunannya mula – mula hanya merupakan individu, dan barulah menjadi
suatu pribadi setelah mendapat (menerima) pengaruh dari lingkungan sosialnya
dengan cara belajar.
2. Kepribadian
adalah istilah untuk menamakan tingka laku seseorang yang secara terintegrasi
merupakan suatu kesatuan.
3. Kepribadian
untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran orang lain, dan
pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang.
4. Kepribadian
tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk badan, ras, akan
tetapi merupakan gabungan dari keselurah dan kesatuan tingkah laku seseorang.
5. Kepribadian
tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi menggunakan kapasitasnya
secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosialnya[1]
Sedangkan kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan
jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada
tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya.
Konsepsi islam tentang bagaimana wujud kepribadian muslim
adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian manusia seutuhnya.
Ada tiga aspek pokok yang menjadi corak khusus bagi
seseorang muslim menurut ajaran islam, yaitu:
1. Adanya wahyu Tuhan yang memberikan
kewajiban kepada manusia muslim untuk melaksanakan tugasnya yang berkaitan
dengan Tuhan maupun masyarakat.
2.
Praktik ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan
yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk memperkuat
tali persaudaraan dengan sesamanya dan akan menjadikan sebagai kelompok yang
terorganisir.
3. Konsepsi islam tentang alam yang
menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang dibawah
perlindungan tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan kelompok.
Atas dasar ajaran ini maka pribadi muslim bukanlah pribadi
yang egoistis, akan tetapi seseorang pribadi yang penuh dengan sifat-sifat
pengabdian baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Selain itu menurut Syaikh
M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik seseorang bisa
dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
a)
Membentuk pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran
menyerahkan diri kepada Allah.
b)
Kebebasan dan kemuliaan manusia
Pribadi seorang muslim harus
melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah. Sehingga is benar-benar
bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan apa saja yang dapat
memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.
c)
Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut dengan
pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau keyakinan ke hati
setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata.
1.
Aspek – Aspek Kepribadian
Aspek – aspek kepribadian meliputi :
·
Aspek-aspek kejasmanian
Meliputi
tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya :
cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dan sebagainya.
·
Aspek-aspek kejiwaan
Meliputi
aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya :
cara berfikir, sikap dan minat.
·
Aspek-aspek kerohanian yang luhur
Meliputi
aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan,
meliputi : sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri
bagi kualitas keseluruhan individu.
Aspek – aspek kepribadian, belum cukup untuk memberi
gambaran keseluruhan mengenai kepribadian-kepribadian, lebih-lebih mengenai
proses perkembangannya. Maka kita membutuhkan bagian-bagian kepribadian yang
lebih dinamis. Sifatnya, yaitu tenaga-tenaga kepribadian.
Pada garis besarnya, tenaga-tenaga itu dapat pula dibagi
atas:
a. Tenaga-tenaga kejasmanian
Meliputi seluruh tenaga-tenaga yang
bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga yang bersumber pada bekerjanya
kelenjar-kelenjar, peredaran darah, alat-alat pernapasan, syaraf dan
sebagainya.
b. Tenaga-tenaga kejiwaan
Terdiri atas karsa, rasa dan cipta.
Dapat juga dibagi atas syahwat, amarah dan akal-pikiran.
c. Tenaga kerohanian yang luhur
Tenaga ini memungkinkan seseorang
berhubungan dengan hal-hal yang gaib, memungkinkan manusia berhubungan dengan
yang maha agung.
Jadi dapat disimpulkan hubungan antara aspek-aspek
kepribadian dan tenaga-tenaga kepribadian adalah :
1. Aspek-aspek kejasmanian, dipengaruhi
dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejasmanian.
- Aspek-aspek kejiwaan, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejiwaan.
- Aspek-aspek kerohanian yang luhur, terutama dibentuk dan dipengaruhi oleh budhi.
2.
Proses Pembentukan Kepribadian
Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara
berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang
berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses.
Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan
suatu kepribadian yang harmonis.
Kepribadian
yang harmonis adalah apabila segala aspek-aspeknya seimbang pula sesuai dengan
kebutuhan. Pada segi lain kepribadian yang harmonis dapat dikenal, pada adanya
keimbangan antara peran individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Proses pembentukan kepribadian terdiri atas tiga taraf
yaitu;
·
Pembiasaan
Pembiasaan adalah membentuk aspek
jasmani dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau mengucapkan
sesuatu. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol dan menggunakan
tenaga-tenaga kejasmanian dan membantu dengan tenaga-tenaga kejiwaan, dengan
membiasakan peserta didik melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang
diucapkannya.
·
Pembentukan pengertian, minat dan sikap
Pada tahap ini diberikan pengertian
atau pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan dan diucapkan dan ditanamkan
pula dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dengan
menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.
·
Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada tahap ini dapat dilakukan
dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara menanamkan kepercayaan yang
terdiri atas:
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada malaikat.
3. Iman kepada kitab.
4. Iman kepada rasul.
5. Iman kepada Qadla dan Qadar.
6. Iman kepada hari akhir
Dengan penanaman kepercayaan adanya rukun iman tersebut
diharapkan akan tercipta kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa
yang dipikirkan dan dipilih serta diputuskan dan juga yang dilakukan adalah
berdasarkan keinsafan diri sendiri.
Ketiga
taraf pembentukan kepribadian diatas satu sama lain saling membantu dan saling
pengaruh mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf
berikutnya dan akan menimbulkan kesadaran dan keinsafan akan apa yang telah
diperoleh dan apa faedahnya, sehingga akan menimbulkan aktifitas yang lebih
sadar dan khusu’[2].
B. Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku adalah suatu
ciri khas / bentuk karakter
individu atau manusia sendiri. Tingkah
laku ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan. Ciri-ciri tingkah laku:-
apa yang orang kata dan lakukan (Actions)- mempunyai satu atau lebih dimensi
(Dimensios) yang boleh diukur (Kekerapan, tempoh masa, intensiti, latensi)-
boleh diperhatikan, diurai dan direkod (Observable and Measurable)- Mempunyai
impact kepada persekitaran- Menurut hukum (lawful) – (hubungan antara tingkah
laku dengan peristiwa dipersekitaran)- dalam bentuk overt or covert.
Tingkah laku juga merupakan respon
dari rangsangan, rangsangan itu muncul baik dari dalam maupun dari luar dengan
cara merasa, berpikir dan kebutuhan sehingga muncul sikap dari diri seseorang. Usaha-usaha untuk menyusun teori maupun konsep yang utuh dalam
rangka menjelaskan perilaku manusia sudah sejak lama dilakukan orang. Meskipun
berbagai usaha yang dilakukan untuk menyusun teori maupun konsep tersebut sudah
secara terus menerus dilakukan, akan tetapi teka-teki tentang tingkah laku
manusia belum sepenuhnya terjawab.
Ditinjau dari jumlah manusia di
muka bumi yang tidak terhitung, kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satupun
yang memiliki karakteristik yang sama, bahkan pada individu yang lahir dalam
keadaan kembar yang yang identik sekalipun.
Meskipun terdapat berbagai
hambatan maupun kesulitan dalam memahami tingkah laku manusia, manusia ternyata
tidak pernah berhenti berusaha untuk mencari jawaban tentang segala hal yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia melalui berbagai kajian ilmu antara lain,
dari tinjauan astrologi, teologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan
psikologi.
Upaya pemahaman tingkah laku
manusia melalui berbagai bidang kajian memiliki arti yang sangat penting karena
berbagai masalah berdimensi luas yng ada dalam kehidupan manusia misalnya
ledakan penduduk, pencemaran lingkungan, perang, ketegangan global, prasangka
rasial, kriminalitas, kelaparan dan kemiskinan baru dapat diatasi salah satunya
dengan terlebih dahulu memahami perilaku manusia dalam berbagai dimensi.
Dalam cakupan yang lebih kecil,
khususnya berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling yang bertugas
memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu yang memerlukan
bantuan, pemahaman tingkah laku menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa
ditinggalkan, karena pemahaman tingkah laku menjadi modal utama dalam upaya
pemberian bantuan. Dengan demikian, upaya untuk mendapatkan pemahaman atas
tingkah laku manusia tidak sekedar upaya untuk melampiaskan rasa ingin tahu
manusia saja, akan tetapi bahkan menjadi suatu kewajiban bagi manusia itu
sendiri untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan meningkatkan kualitas kehidupannya dimasa-masa selanjutnya[3].
C.Faktor Pembentuk Kepribadian
dan Tingkah Laku
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu
sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian
terbentuk,berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Beberapa pendapat
menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.
Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,
seperti memiliki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak yang
rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam
kepribadian dan perilaku semua orang.
Namun setiap
warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik,
atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekali pun pasti ada perbedaan itu.
Perhatikan teman di sekeliling kita, adakah di antara mereka yang memiliki
kesamaan karakteristik fisik ?
Faktor biologis
yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat
karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Contohnya, kalau orang bertubuh tegap diharapkan untuk
selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap seperti pemimpin, tidak aneh jika
orang tersebut akan selalu bertindak seperti pemimpin. Jadi, orang menanggapi
harapan perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang
diharapkan oleh orang lain itu. Ini berarti tidak semua faktor karakteristik
fisik menggambarkan kepribadian seseorang.
Sama halnya dengan
anggapan orang gemuk adalah periang, orang yang keningnya lebar berpikir
cerdas, orang yang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang yang cacat
fisik mempunyai sifat rendah diri. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan
apriori masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi budaya setempat.
Perlu dipahami
bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang
adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seorang anak bisa
saja berbeda dengan orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman
sosialisasinya.
Contohnya,
seorang bapak yang dihormati di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa
saja mempunyai anak yang justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan.
Akan tetapi, seorang yang cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya
dibandingkan orang normal karena memiliki semangat dan kemauan yang keras. Dari
contoh tersebut dapat berarti bahwa kepribadian tidak diturunkan secara
genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang. Salah apabila banyak
pendapat yang mengatakan bahwa faktor genetik sangat menentukan pembentukan
kepribadian.
Faktor lingkungan menjadi sangat
dominan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Faktor geografis yang
dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya alam)
dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial
tertentu memengaruhi kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Contohnya,
orang-orang Aborigin harus berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup
karena kondisi alamnya yang kering dan tandus, sementara, bangsa Indonesia
hanya memerlukan sedikit waktunya untuk mendapatkan makanan yang akan mereka
makan sehari-hari karena tanahnya yang subur. Suku “Ik” di Uganda mengalami
kelaparan berkepanjangan. karena lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah
telah banyak yang rusak.
Mereka
menjadi orang-orang yang paling tamak, rakus, dan perkelahian antara mereka
sering terjadi semata-mata mempe rebutkan makanan untuk sekadar mempertahankan
hidup. Contoh lain, orang-orang yang tinggal di daerah pantai memiliki ke
pribadian yang lebih keras dan kuat jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal
di pegunungan. Masyarakat di pedesaan penuh dengan kesederhanaan dibandingkan
masyarakat kota.
Dari
uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, tetapi banyak pula ahli yang tidak menganggap hal ini
sebagai faktor yang cukup penting dibandingkan dengan unsur-unsur lain
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar
terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan
yang secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman
hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu,
unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu
agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup.
Proses mem pelajari unsur-unsur
kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian
yang berbeda antarindividu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan
lainnya. Contohnya, orang Bugis memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan.
Budaya ini telah membuat orang-orang Bugis menjadi keras dan pemberani.
Walaupun
perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian
seseorang, para sosiolog ada yang menyarankan untuk tidak terlalu
membesar-besarkannya karena kepribadian individu bisa saja berbeda dengan
kepribadian kelompok kebudayaannya. Misalnya, kebudayaan petani, kebudayaan
kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak kepribadian yang
berbeda-beda.
Memang
terdapat karak teristik kepribadian umum dari suatu masyarakat. Sejalan dengan
itu, ketika membahas bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas sosial, dan
kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, ataupun kelompok sosial
lainnya, terdapat kepribadian umum yang merupakan serangkaian ciri kepribadian
yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial bersangkutan.
Namun,tidak
berarti bahwa semua anggota termasuk di dalamnya. Artinya, kepribadian individu
bisa saja berbeda dengan kepribadian masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh
aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah
hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadanNya
dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai seorang
muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses
sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi
terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor
yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
Pada dasarnya pembentukan
kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada
hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna
merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi
pengabdi Allah yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.
Tingkah laku adalah
suatu ciri khas/bentuk karakter individu atau manusia sendiri. Tingkah laku
ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, filsafat pendidikan islam, jakarta: PT.RajaGrafindo, 2005
Yahya jaya, spiritualisasi islam dan menumbuhkembangkan
kepribadian dan kesehatan mental,
jakartaruhama, 1997
[1] Jalaludin, filsafat pendidikan islam (jakarta:RajaGrafindo, 2005) ,hal.125.
[2] Yahya jaya, spiritualisasi islam dan menumbuhkembangkan
kepribadian dan kesehatan
mental, (jakartaruhama, 1997),hal.21