ALIRAN JABARIYAH
MAKALAH
ILMU KALAM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. ANGGA HARDIANTO
2. PAISAL IRDANUS
3. STING RAZALI
4. SYAMSI SUMAR
MADRASAH ALIYAH
BHAKTI
KERAPATAN JUJUN
TAHUN AJARAN 2009/2010
A. PENGERTIAN JABARIYAH
Kata
"Jabariyah" berasal dari kata bahasa arab "Jabara" yang
artinya memaksa. Dan yang dimaksud adalah suatu golongan atau aliran atau
kelompok yang berfaham bahwa semua perbuatan manusia bukan atas kehendak
sendiri, namun ditentukan oleh Allah SWT. Dalam arti bahwa setiap perbuatan
yang dilakukan oleh manusia baik perbuatan buruk, jahat dan baik semuanya telah
ditentukan oleh Allah SWT dan bukan atas kehendak atau adanya campur tangan
manusia.
Jabariah adalah
pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh
tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan
bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia
itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah
Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu
dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah yang
diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa
yang diinginkannya sendiri. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu akhirnya
tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan
atasan dimana ia tidak lain laksana robot yang mati, tidak berarti.
Pendapat
jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yakni di masa
keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah
dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan
Muawiyah. Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia
bermain politik yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata
bahwa pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah
berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata"
dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Aliran Qadariyah
berpaham: Serba Ikhtiar. Aliran ini
berpendirian bahwa manusia itu bebas dan berkuasa dalam melakukan segala macam
perbuatannya.
Aliran Jabariah
menentang paham Qadariah tersebut, dan ia berpaham: Serba Takdir. Aliran ini berpendapat bahwa manusia itu tidak ada
kebebasan untuk menentukan perbuatannya, dangan alasan bahwa Tuhanlah yang
menjadikan manusia dan segala perbuatannya.
Tokoh-tokoh
Jabariyah
1. Ja'd Bin
Dirham
Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia
dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Pendapat-pendapatnya:
Tidak pernah Allah berbicara dengan Musa sebagaimana yang disebutkan- oleh Alqur'an surat An-Nisa ayat 164.
Tidak pernah Allah berbicara dengan Musa sebagaimana yang disebutkan- oleh Alqur'an surat An-Nisa ayat 164.
Bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah dijadikan Allah kesayangan-Nya menurut- ayat 125 dari surat
An-Nisa.
2. Jahm bin
Shafwan
Ia bersal dari Persia
dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwa dengan Bani Ummayad.
Pendapat-pendapatnya:
Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan- akal sebelum pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-soal metafisika dan ba'ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti. Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab- itu iman itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya.
Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan- akal sebelum pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-soal metafisika dan ba'ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti. Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab- itu iman itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya.
Tidak memberi sifat bagi
Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan- pula kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam
sifat-sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai satu zat atau sesuatu
yang hidup atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia
memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan
Qadir/kuasa, Pencipta, Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu
hanya tertentu untuk Allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.
B. LATAR
BELAKANG KEMUNCULAN
Golongan
Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya
golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh
Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang
mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun,
semua perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah
dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai
kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama
mempelopori paham jabariyah adalah al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut
sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan
meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari
adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat). Meskipun kaum
Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan.
Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengadopsi
pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu'tazilah
paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i menyebutnya Wasil,
Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum
Mu'tazilah dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut
Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap
adanya takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri
tanpa adanya intervensi Allah.
Disebut Jahmiyah
karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat
Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat
Allah dengan mata kepala di hari kiamat.
Berkaitan dengan
hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah
Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah
berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena
terpaksa). Kalau kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.
C.
DOKTRIN-DOKTRIN POKOK (USHULUL KHOMSAH)
Ajaran-ajaran
pokok Jabariah:
a) Bahwa
manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik hanya Allah
semata yang menentukannya.
b) Bahwa Allah
tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
c) Ilmu Allah
bersifat Huduts (baru)
d) Iman cukup
dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
Iman menurut ajaran Jabariyah adalah kesadaran
antara pikiran, hati, dan perbuatan. Jika ketiganya telah bekerja sama, maka
terjadilah kekuatan yang menghasilkan sebuah tindakan yang baik.
e) Bahwa Allah
tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
f) Bahwa surga
dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena
yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
g) Bahwa Allah
tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
h) Bahwa
Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah.
Asas-asas mazhab Qadariyah:
a) Mengingkari
takdir Allah Taala dengan maksud ilmuNya.
b) Melampau di
dalam menetapkan kemampuan manusia dengan menganggap mereka bebas berkehendak
(iradah). Di dalam perbuatan manusia, Allah tidak mempunyai pengetahuan (ilmu)
mengenainya dan ia terlepas dari takdir (qadar). Mereka menganggap bahawa Allah
tidak mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu kecuali selepas ia terjadi.
c) Mereka berpendapat bahawa Allah tidak bersifat
dengan suatu sifat yang ada pada makhluknya. Kerana ini akan membawa kepada
penyerupaan (tasybih). Oleh itu mereka menafikan sifat-sifat Ma'ani dari Allah
Taala.
d) Mereka berpendapat bahawa al-Quran itu adalah
makhluk. Ini disebabkan pengingkaran mereka terhadap sifat Allah.
e) Mengenal
Allah wajib menurut akal, dan iman itu ialah mengenal Allah.
f) Mereka
mengingkari melihat Allah (rukyah), kerana ini akan membawa kepada penyerupaan
(tasybih).
g) Mereka
mengemukakan pendapat tentang syurga dan neraka akan musnah (fana'), selepas
ahli syurga mengecap nikmat dan ali neraka menerima azab siksa.
D. QADHA DAN QADAR SERTA MAKNA TAKDIR ALLAH MENURUT
JABARIYAH
Aliran Jabariyah
berpendapat mengatakan segala sesuatu yang terjadi pada manusia atau jagad raya
ini meupakan kehendak Allah semata tanpa peran serta sesuatu pun termasuk di
dalamnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Aliran
Jabariyah mengibaratkan bahwa perbuatan manusia tak ubah seperti dedanunan yang
bergerak diterpa angin atau dalam ilustrasi yang sangat sederhana bisa
dicontohkan bahwa aliran Jabariyah menggambarkan manusia bagaikan robot yang
disetir oleh remote kontrol.
E. PERBUATAN, KEHENDAK MANUSIA
DENGAN QUDRAT IRADAT ALLAH MENURUT JABARIYAH
Para Ulama
Pengikut aliran Jabariyah, berpendapat bahwa semua perbuatan yang dilakukan
oleh manusia merupakan kehendak dan ketetapan Allah. Manusia tidak mempunyai
peran atas segala perbuatannya. Perbuatan baik dan kejahatan yang dilakukan
oleh manusia merupakan Qudrat dan Iradat (kekuasaan atau kehendak) Allah.
Ulama aliran
Jabariyah mengesampingkan usaha dan ikhtiar manusia. Dengan kata lain manusia
tidak mempunyai peran apa-apa atas kehendak dan perbuatannya, semuanya
berdasarkan Qadha dan Qadar Allah, Kalau semua perbuatan manusia merupakan
ketetapan dan kehendakan Allah mengapa manusia harus diberi pahala jika
menjalani suatu kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
QS: 4: An-Nisa': 13
Artinya: "
Barangsiapa ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Niscaya Allah memasukannya ke
dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal
didalamnya; dan itulah kemenangan yang besar". (QS: 4: An-Nisa': 13)
Allah juga akan
memberikan siksa kepada hambaNya yang selalu berbuat dosa artinya tidak mau
ta'at kepada Allah dan rasul-Nya. Yakni tidak mau meninggalkan semua
larangan-Nya dan tidak mau menjalankan semua perintah-Nya. Sebagaimana firman
Allah:
QS: 4: An-Nisaa':14
Arinya:
"Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, Niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang
ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan". (QS: 4: An-Nisaa':14)
Dilihat dari
sisi lain pendapat 'Ulama Jabariyah kurang kuat karena: Untuk apa pula Allah
memberi petunjuk, kabar gembira dan memberikan peringatan melalui para
Rasul-Nya agar manusia dapat mengerti antara haq dan yang bathil sebagaimana
firman Allah:
QS:18: Al-Kahfi: 56
QS:18: Al-Kahfi: 56
Artinya:
"Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan" (QS:18: Al-Kahfi: 56)
Dari beberapa
Kutipan Ayat suci Al-Quran diatas maka pendapat ulama Jabariyah menjadi lemah.
Sementara itu Yusuf Al Qardhawi memandang bahwa aliran Jabariyah hanya
memandang satu sifat kekuasaan Allah dan tidak memandang keadilan dan
kebijaksanaan-Nya; sehingga semua perbuatan yang dilakukan disandarkan pada
takdir Allah. Dengan kata lain aliran Jabariyah menafikan fungsi dan peran
Rasul Allah serta ancaman yang akan diberikan kepada pelanggar (durhaka)
tatanan nilai Ilahiyah (syari'ah agama) dan pahala bagi para pelaksana
(bertaqwa) tatanan nilai Ilahiyah (sayri'ah agama). Hal ini menurut Jalaluddin
Ar-Rumi bahwa: Sekiranya manusia dalam keadaan terkekang seperti pendapat
aliran Jabariyah, maka tidak mungkin jika dia dibebani perintah dan larangan,
atau disuruh untuk menjalankan syari'at dan hukum Islam. Karena sesungguhnya
Al-Qur'an itu berisikan perintah dan larangan.
Jabariah sebagai
penolakan terhadap pandangan kaum qadariyah, munculnya kaum Jabariyah yang
berpendapat bahwa perbuatan manusia itu baik dan buruk, semuannya berasal dari
Allah. Jika perbuatan tersebut disebut sebagai perbuatan manusia, maka hal ini
hanya kiasan saja. Seperti saat kita menyatakan bahwa sungai itu mengalir,
padahal pada hakikatnya Tuhanlah yang mengalirkannya. Manusia menurut pandangan
kaum Jabariyah tak ubahnya seperti bulu ayam yang bertebangan ditiup angin
(karena itulah maka kaum Jabariyah dan kaum qadariyah dikatakan dua golongan
yang satu sama lainnya saling bertolak belakang.
Berdasarkan
keyakinan seperti ini maka kaum Jabariyah memiliki pandangan yang meniadakan
sifat dan nama Allah, sementara Al-kalam (firman Allah) yang merupakan sifat
Allah menurut pendapat mereka adalah hadis (sesuatu yang baru).
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’anul karim. Al-Qur’an dan terjemahannya Departemen Agama R I
- Pelatihan Shalat Khusyu’. Abu Sangkan
- Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Dr. Mustafa Zahri
- Jalan Menuju Ma’rifatullah Dengan Tahapan 7 M
No comments:
Post a Comment