Usik Jugo Di Blog Ane: http://angga-hardianto.blogspot.com
• Menjelaskan penertian iman kepada Qada’ dan Qadar
KESAN QADHA DAN QADAR
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
DOSEN
PEMBIMBING :
Ahmad Zuhdi, MA
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK II (DUA) :
ANGGA HARDIANTO
AZKA ANDI PUTRA
DIRIANTAMA
LERIN PRADISTA
MAT PADIL
PAISAL IRDANUS
SEKAR LARASATI
STING RAZALI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI
(STAIN)
KERINCI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kami
panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
ini dapat hadir dihadapan pembaca. Adalah hanya dari pertolongan dan izin
Allah,
Disamping itu Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad S.A.W. beserta keluarganya dan para shahabatnya yang dengan penuh
kesetiaan telah mengobarkan syi’ar Islam yang manpaatnya masih terasa hingga
saat ini.
Makalah yang berada dihadapan pembaca ini membahas tentang “ KESAN QADHA DAN QADAR” Dan kami
berharap, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembacanya dan
bernilai ibadah bagi penulisnya.
Adalah sebagai konsekwensi logis bahwa bila nantinya disana-sini
akan didapati beberapa cacat, kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami
selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan segala bentuk saran maupun
kritik dari pihak manapun. Juga tak lupa penulis sampaikan beribu-ribu terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Paling terakhir, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur
dan hanya kepada-Nya pula urusan penulis kembalikan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan
semoga berguna sesuai tujuan untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam
pada umumnya. Dan sekali lagi kami berharap supaya makalah ini dapat bermanpaat
bagi pembacanya dan amal ibadah bagi penulisnya.Amin…..Ya Rabbal ‘Alamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
Iman kepada Qada’ dan Qadar Allh AWT
Standar kompetensi
Meningkatkan iman nkepada Qada’ dan Qadar
Kompetensi dasar;
• Menjelaskan penertian iman kepada Qada’ dan Qadar
• Menunjukan bukti/dalil kebenaran akan adanya Qada’
dan Qadar.
• Menjelaskan berbagai tanda dan peristiwa yang berhubungan
adanya Qada dan Qadar.
• Menunjukan kesan Qada’ dan Qadar terhadap ciri-ciri
prilaku orang yang beriman kepadanya.
• Menampilakn prilaku yang mencerminkan keimanan
kepada Qada’ dan Qadar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian beriman kepada Qada’ dan
Qadar
Pengertian
Iman:
Menurut bahasa, Iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu AMANA-YU’MINU-IIMAANAN
(اَمَنَ-يُؤْمِنُ-اِيْمَانًا) yang berarti “Percaya”[1]
Menurut istilah, Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Sedangkan iman menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
kitab Hadits Arba’in An-Nawawi, iman adalah:
أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم
الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره
Percaya
kepada Allah, Malaykatnya, Kitabnya, Rasulnya, Hari Akhirat, dan percaya kepada
Qadar baik dan buruk.[2]
Pengertian
Qada’
Sedangkan menurut istilah, Qada’ artinya ketatapan Allah swt kepada setiap
mahluk-Nya yang bersifat Azali[4]
sesuai dengan iradah-Nya (kehendak-Nya) tentang segala susuatu yang berkenaan
dengan makhluk.[5]
Pengertian
Qadar
Seangkan menurut istilah yaitu terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau
timbangan yang telah ditentuan sebelumnya.
Sebagai dasar pengertian Qadar ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
t,n=yzur...... ¨@à2
&äóÓx«
¼çnu£s)sù
#\Ïø)s?
ÇËÈ
.....dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. [7]
Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
2. Dalil kebenaran adanya Qada dan Qadar
Takdir terbagi menjadi dua
bagian,yakninya:
a.
Taqdir Mu’allaq
Taqdir mu’allaq adalah taqdir Allah swt yang masih dapat diusahakan kejadianya
oleh manusia.[8]
Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami
sunnahtullah, hukum Allah yang berlaku di bumi ini,yaitu hukum sebab akibat
yang bersifat tetap yang merupakan qada dan qadar sesuai kehendak swt. Seperti,
bumi brputar pada porosnya 24 jam sehari; bersama bulan, bumi mengitari bumi
kurang lebih 365 hari setahun; bulan mengitari
bumi setahun {356 hari};air kalau dipanaskan pada suhu 100 celsius akan
mendidih, dan kalau didinginkan pada suhu. Akan menjadi es, matahari terbit
disebelah timur dan teggelam disebelah barat, dan banyak lagi contoh lainnya,kalau
kita mau memikirkannya.
b.
Taqdir Mubram
Taqdirr
mubram ialah taqdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Dapat
kita beri contoh nasib manusia, lahir, kematian, jodoh dan rizkinya, terjadinya kiamat.
dan sebagainya.[9]
Allah swt yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rasia Allah swt. hanya
Allah swt yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan
qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana ststusnya
sosialnya, bagaimana rizkinya, siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya, adalah
rahasia Allah swt. jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman
azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. tidak
seorang pun yang mengetahui hal tersebut. adapun yang pernah kita dengar
peramal yang hebat ,ketahuilah wahai saudara ku itu adalah kebohongan balaka. kalaupun
ada orang seperti itu maka amal ibadahnya tidak akan diterima. Bahkan para
tukng ramal pun mendapat azab dengan siksaan yang pedih karena telah membohongi
manusia dengan pura-pura mengetahui rahasia Allah SWT.
Allah swt
berFirman:
!$tB
z>$|¹r&
`ÏB
7pt6ÅÁB
Îû
ÇÚöF{$#
wur
þÎû
öNä3Å¡àÿRr&
wÎ)
Îû
5=»tGÅ2
`ÏiB
È@ö6s%
br&
!$ydr&uö9¯R
4
¨bÎ)
Ï9ºs
n?tã
«!$#
×Å¡o
ÇËËÈ
Artiya:”setiap
bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,semuanya telah
tertulis dalam kitab {lauh mahfuz} sebelum kami mewujudkannya.sungguh yang
demikian itu mudah bagi Allah.” {Q.S.Al-hadid,}[10]
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia seelum diciptakan ,ALLAH SWT teriebih dahulu telah menentukan ketetapan-ketetapanNya bagi manusia yang ditulis dilauh mahfuz.
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia seelum diciptakan ,ALLAH SWT teriebih dahulu telah menentukan ketetapan-ketetapanNya bagi manusia yang ditulis dilauh mahfuz.
Dengan menyakini qada dan qadarnya, lantas apakah kita hgarus pasrah begitu
saja?Toh, semua nasib manusia dan perbuatan manusia telah datentukan oleh ALLAH
SWT. Tapi siapakah yang mentaqdirkan manusia iti?siapa yang tau bahwa kita-kita
manjadi petani, pedagang ,atau bahkan penjahat, siapa jodoh kita. bagaimana
rezki kita, dan lain sebagainya? siapa yang tau kalau kita jadi petani, pedagang
ataukan pejabat? Tidak ada seorang pun yang tau!untuk itu alangkah naifnya
kalau kit pasrah begitu saja. Pasrah berarti mernunggu taqdir,sedangkan taqdir
itu tidak kita ketahui, oleh sebab itu, sikap hidup ialah mencari taqdir.
artinya berusaha dengan sekuat tenaga melalui berbagai cara yang ditunjukan
Allah SWT. untuk menentukan nasib kita sendiri. ialah yang disebut dengan ikhtiar.[11]
Allah SWT berfirman:
¼çms9
×M»t7Ée)yèãB
.`ÏiB
Èû÷üt/
Ïm÷yt
ô`ÏBur
¾ÏmÏÿù=yz
¼çmtRqÝàxÿøts
ô`ÏB
ÌøBr&
«!$#
3
cÎ)
©!$#
w
çÉitóã
$tB
BQöqs)Î/
4Ó®Lym
(#rçÉitóã
$tB
öNÍkŦàÿRr'Î/
3
!#sÎ)ur
y#ur&
ª!$#
5Qöqs)Î/
#[äþqß
xsù
¨ttB
¼çms9
4
$tBur
Oßgs9
`ÏiB
¾ÏmÏRrß
`ÏB
@A#ur
ÇÊÊÈ
Artinya:“…….sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri .dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak dapat yang menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia,:”{Q.S.AR-RA’DU,13:11).
Jadi, jika manusia ingin nasibnya membaik, mereka harus merubahnya simaksimal mungkin ke yang lebih baik. tanpa usaha yang kuat Allah swt tidak akan mengubah tiba-tiba. Namun seandainya Alla swt tetap menghendaki nasibnya tidak berubah, itu adalah hak Allah SWT.[12]
Jadi, jika manusia ingin nasibnya membaik, mereka harus merubahnya simaksimal mungkin ke yang lebih baik. tanpa usaha yang kuat Allah swt tidak akan mengubah tiba-tiba. Namun seandainya Alla swt tetap menghendaki nasibnya tidak berubah, itu adalah hak Allah SWT.[12]
3. Fungsi beriman kepada Qada’dan Qadar Allah SWT.
Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehipan
sehari-hari.Diantaranya:
1)
Mempunyai semangat ikhtiar
Qada’ dan
qadar Allah SWT tentang nasib manusia rahasia Allah SWT yang yang semata. karna
tidak tau nasibnya, maka manusia tidak boleh menunggu dengan pasrah. manusia
harus tau nasibnya.bagaimana caranya? yaitu dengan mempajari dan dengan
mempraktikkan hokum-hukum Allah SWT. yang telah diberikan kepada manusia.
Ikhtar
artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan
akan hasil yang baik bagi dirinya. dengan pemahaman seperti itulah , seorang
muri akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar
usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
br&ur
}§ø©9
Ç`»|¡SM~Ï9
wÎ)
$tB
4Ótëy
ÇÌÒÈ ¨br&ur
¼çmu÷èy
t$ôqy
3tã
ÇÍÉÈ
Artinya:“Dan
bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya
itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).(Q.S.An-Najm,53:39-40)[13]
2)
Mempunyai sifat sabar dalam
menghadapi cobaan
Dengan
percaya qada’ dan qadar, manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian
yang harus dilalui dengan sabar. sabar adalah sikap mental yang teguh
pendirian, berani menghadapi tantangan, tahan uji, dan tidak menyerah pada
kesulitan.Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau
pedoman hidup. berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan,
kesakitan dan kesensaraan, cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan
jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya
diserahkan kepada Allah SWT.Allah SWT berfirman:
|=Å¡ymr&
â¨$¨Z9$#
br&
(#þqä.uøIã
br&
(#þqä9qà)t
$¨YtB#uä
öNèdur
w
tbqãZtFøÿã
ÇËÈ
Artinya:
Apakh manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ,’kami telah
beriman ,”dan mereka tidak di uji”(Q.S.AL-Ankabut,29:2)
3) Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT.
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT.
Firman Allah
SWT:
tûïÏ%©!$#
!#sÎ)
Nßg÷Fu;»|¹r&
×pt7ÅÁB
(#þqä9$s%
$¯RÎ)
¬!
!$¯RÎ)ur
Ïmøs9Î)
tbqãèÅ_ºu
ÇÊÎÏÈ
Artinya:“(Yaitu
orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi
rajiun’.(Q.S. Albaqaraqh,2:156)
4. Ciri-ciri dari beriman kepada qadha dan qadhar
a. Qana’ah
Dan Kemuliaan Diri.
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah
tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya,
juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat
berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun
mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh
ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang
telah Allah tetapkan baginya.[14]
Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan
diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan
mengharap pemberian mereka.
Hal tersebut tidak berarti bahwa
jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah
ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari
kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
Apabila seorang hamba dikaruniai sikap qana’ah, maka akan bersinarlah
cahaya kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya (apabila ia tidak memiliki sikap
qana’ah), maka hidupnya akan keruh dan akan bertambah pula kepedihan dan
kerugiannya, disebabkan oleh jiwanya yang tamak dan rakus. Seandainya jiwa itu
bersikap qana’ah, maka sedikitlah musibahnya. Sebab orang yang tamak adalah orang
yang terpenjara dalam keinginan dan sebagai tawanan nafsu syahwat.
Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullahu: Aku melihat qana’ah sebagai perbendaharaan kekayaan maka aku pegangi ekor-ekornya Tidak ada orang yang melihatku di depan pintunya dan tidak ada orang yang melihatku bersungguh-sungguh dengannya Aku menjadi kaya dengan tanpa dirham dan aku berlalu di hadapan manusia seperti raja. Tsa’alabi berkata, “Sebaik-baik ucapan yang saya dengar tentang qana’ah ialah ucapan.
Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullahu: Aku melihat qana’ah sebagai perbendaharaan kekayaan maka aku pegangi ekor-ekornya Tidak ada orang yang melihatku di depan pintunya dan tidak ada orang yang melihatku bersungguh-sungguh dengannya Aku menjadi kaya dengan tanpa dirham dan aku berlalu di hadapan manusia seperti raja. Tsa’alabi berkata, “Sebaik-baik ucapan yang saya dengar tentang qana’ah ialah ucapan.
Ibnu
Thabathaba al-‘Alawi: Jadilah engkau orang yang qana’ah dengan apa yang
diberikan kepadamu maka engkau telah berhasil melewati kesulitan qana’ah orang
yang hidup berkecukupan Sesungguhnya usaha dalam mencapai angan, nyaris
membinasakan dan kebinasaan seseorang terletak dalam kemewahan.[15]
b. Cita-Cita Yang Tinggi.
Maksud dari
cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari
perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya
dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan
kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar
membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari
kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
Karena itu,
Anda melihat orang yang beriman kepada qadar -dengan keimanan yang benar-
adalah tinggi cita-citanya, besar jiwanya, mencari kesempurnaan, dan menjauhi
perkara-perkara remeh dan hina. Ia tidak rela kehinaan untuk dirinya, tidak
puas dengan keadaan yang pahit lagi menyakitkan, dan tidak pasrah terhadap
berbagai aib dengan dalih bahwa takdir telah menentukannya. Bahkan keimanannya
mengharuskannya untuk berusaha bang-kit, mengubah keadaan yang pahit serta
menyakitkan kepada yang lebih baik dengan cara-cara yang disyari’atkan, dan untuk
terbebas dari berbagai aib dan kekurangan. (Karena) berdalih dengan takdir
hanyalah dibenarkan pada saat tertimpa musibah, bukan pada aib-aib (yang
dilakukannya)
c.
Bertekad Dan Bersungguh-Sungguh
Dalam Berbagai Hal.
Orang yang beriman kepada
qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan
peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik
akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan
sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.[16]
Bahkan, keimanan ini memiliki
pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar,
yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang
mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya ; …Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu,
minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah! Jika sesuatu
menimpamu, janganlah mengatakan, 'Seandainya aku melakukan, niscaya akan
demikian dan demikian.' Tetapi katakanlah, 'Ini takdir Allah, dan apa yang dikehendaki-Nya
pasti terjadi..
d.
Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang
Maupun Susah.
Iman
kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia
dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Adakalanya diuji
dengan kefakiran, adakalanya mendapatkan kekayaan yang melimpah, adakalanya
menikmati kesehatan yang prima, adakalanya diuji dengan penyakit, adakalanya memperoleh
jabatan dan popularitas, dan adakalanya setelah itu dipecat (dari jabatan),
hina, dan kehilangan nama.
Perkara-perkara
ini dan sejenisnya memiliki pengaruh dalam jiwa. Kefakiran dapat membawa kepada
kehinaan, kekayaan bisa mengubah akhlak yang baik menjadi kesombongan, dan perilakunya
menjadi semakin buruk. Sakit bisa mengubah watak, sehingga akhlak menjadi tidak
lurus, dan seseorang tidak mampu tabah bersamanya. Demikian pula kekuasaan
dapat mengubah akhlak dan meng-ingkari sahabat karib, baik karena buruknya
tabiat maupun sem-pitnya dada.
dari hal itu ialah pemecatan. Adakalanya hal itu dapat memburukkan akhlak
dan menyempitkan dada, baik karena kesedihan yang mendalam maupun karena
kurangnya kesabaran.Begitulah, keadaan-keadaan tersebut menjadi tidak lurus
pada garis keadilan, karena keterbatasan, kebodohan, kelemahan, dan kekurangan
dalam diri hamba tersebut. Kecuali orang yang beriman kepada qadar dengan
sebenarnya, maka kenikmatan tidak membuatnya sombong dan musibah tidak
membuatnya berputus asa, kekuasaan tidak membuatnya congkak, pemecatan tidak
menurunkannya dalam kesedihan, kekayaan tidak membawanya kepada keburukan dan
kesombongan, dan kefakiran pun tidak menurunkannya kepada kehinaan.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata, “Aku memasuki waktu pagi, sedangkan kebahagiaan dan kesusahan sebagai dua kendaraan di depan pintuku, aku tidak peduli yang manakah di antara keduanya yang aku tunggangi.”[17]
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata, “Aku memasuki waktu pagi, sedangkan kebahagiaan dan kesusahan sebagai dua kendaraan di depan pintuku, aku tidak peduli yang manakah di antara keduanya yang aku tunggangi.”[17]
e. Selamat Dari Kedengkian Dan
Penentangan.
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti
masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka,
misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada
manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya
bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan
menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki
kepada selainnya, berarti dia me-nentang ketentuan Allah. Jika seseorang
beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari
penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan
ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan
segala urusannya kepada Allah semata. [18]
5. tanda-tanda orang yang Beriman kepada Qada dan
qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah
yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan
diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a)
banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang
beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan
bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian
Firman
Allah:
Artinya:”dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”(
QS. An-Nahl ayat 53).
b)
Menjauhkan diri dari sifat sombong
dan putus asa
Orang yang
tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah.
Firman Allah
SWT:
Artinya: Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam
hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
c)
Bbersifat optimis dan giat bekerja
Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu.[19]
Firaman
Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS
Al- Qashas ayat 77)
d)
Jiwanya tenang
Orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam
hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Kalau kita melihat qada’menurut bahasa artinya
Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang
bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau
kelahiran mahluk.
Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti
ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan
yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita
sebut dengan takdir.
DAFTAR PUSTAKA
1.Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, gema Nusa.
Klaten utara, 20ww.akidah. Akidah. com
2. Abdul Kadir Mahmud,al-Fikr
al-Islami wa al-Falsafat al-Muaridhoh fi al-Qodim wa al-Hadits, (Mesir,
Hajah al-Misriyah al-Ammah li al-Kitab,1986)
3. Abu, Wafa’, al-Ghanimi, al-Taftazani,Madkhal ila
al-Tasawwuf al-Islam Terj.Ahmad Rafi’
Usman, Bandung, Pustaka ; 1985
4. Abu Bakar al-Kalbadzi,al-Ta’arruf
li Madzhab Ahl al-Tasawwuf Kairo,Maktabah
al-Kulliyah al-Azhariyyah, 1969,
5. Abu al-A’la al-Afifi,Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah
wa Tarikhihi Kairo, LajnahTaklif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969,
6. Ajoeb Joebar,
dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi,The Secret of Ana L-Haqq (Jakarta
: Rajawali, 1986)Al-Hujriwi, Kasyf al-MahjubMesir, Lajnah al-Ta’rif bi
al-Islam, 1934
[2] Syikh Imam Nawawi, 2012, Terjemah Hadits
Arba’in Nawawiyah, Semarang, Pustaka Nuun, Hal 3
[3]
Khalid, Op.Cit, 481
Lihat juga
buku Al-Islam Aqidah dan Ibadah, karangan A.Zainuddin hal 323. Dikatakan bahwa
Qadha menurut bahasa memiliki beberapa pengertian, yakni hukum, ketetapan,
perintah,kehendak, pemberitahuan dan penciptaan.
[5]
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, 1999,
Al-Islam Aqidah dan Ibadah, Bandung, Pustaka Setia, cet. 1, hal 323
[6]
Ahmad Sunarto, Kamus Indonesia-Arab,
Arab-Indonesia, Surabaya, Pustaka Barokah, hal 177
[7] Maksudnya: segala
sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan
persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing
dalam hidup.
[8]
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, 1999, Al-Islam Aqidah dan Ibadah, Bandung,
Pustaka Setia, cet. 1, hal 323
[9]
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, 1999, Al-Islam Aqidah dan Ibadah, Bandung,
Pustaka Setia, cet. 1, hal 323
[10]
Deperteman Agama,Al-qur’an dan
terjemah, jakarta, 2007
[11]
Azyumardi Azra, et. Al., Ensiklopedia Islam,Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve,Cetakan X, 2002, hal. 7Tragedi
al-Hallaj Pustaka,Bandung,
1976,viii.Simuh,Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam(Jakarta, Raja Grafindo,
1997),
[12]
Abu Bakar
al-Kalbadzi,al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf Kairo,Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyyah, 1969,
[13]
Deperteman Agama,Al-qur’an dan
terjemah, jakarta, 2007
[14]
Abu al-A’la
al-Afifi,Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi Kairo, LajnahTaklif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969,
[15]
Ajoeb
Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi,The Secret of Ana L-Haqq
(Jakarta : Rajawali, 1986)Al-Hujriwi, Kasyf al-MahjubMesir, Lajnah
al-Ta’rif bi al-Islam, 1934
[16]
Ajoeb
Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi,The Secret of Ana L-Haqq
(Jakarta : Rajawali, 1986)Al-Hujriwi, Kasyf al-MahjubMesir, Lajnah
al-Ta’rif bi al-Islam, 1934
[17]
Ajoeb
Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi,The Secret of Ana L-Haqq
(Jakarta : Rajawali, 1986)Al-Hujriwi, Kasyf al-MahjubMesir, Lajnah
al-Ta’rif bi al-Islam, 1934
[18]
Abu al-A’la
al-Afifi,Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi Kairo, LajnahTaklif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969,
[19]
Abu, Wafa’,
al-Ghanimi, al-Taftazani,Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam Terj.Ahmad Rafi’ Usman, Bandung, Pustaka ; 1985
No comments:
Post a Comment