MAKALAH
HADITS
TARBAWI
PERSAUDARAAN
DOSEN
PEMBIMBING:
MARTUNUS
IDRIS, MA
KELOMPOK
10 (SEPULUH)
NAMA
KELOMPOK:
1. ANGGA HARDIANTO
2. ROSI MARYANI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kami panjatkan kehadirat
Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat hadir
dihadapan pembaca. Adalah hanya dari pertolongan dan izin Allah,
Disamping
itu Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W. beserta
keluarganya dan para shahabatnya yang dengan penuh kesetiaan telah mengobarkan
syi’ar Islam yang manpaatnya masih terasa hingga saat ini.
Makalah
yang berada dihadapan pembaca ini membahas tentang “PERSAUDARAAN”. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembacanya dan bernilai ibadah bagi penulisnya.
Adalah
sebagai konsekwensi logis bahwa bila nantinya disana-sini akan didapati
beberapa cacat, kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami selaku penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya,
dengan segala kerendahan segala bentuk saran maupun kritik dari pihak manapun.
Juga tak lupa penulis sampaikan beribu-ribu terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Paling
terakhir, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur dan hanya kepada-Nya
pula urusan penulis kembalikan.
Mudah-mudahan
makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan semoga berguna sesuai tujuan
untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam pada umumnya. Dan sekali lagi
kami berharap supaya makalah ini dapat bermanpaat bagi pembacanya dan amal
ibadah bagi penulisnya.Amin…..Ya Rabbal ‘Alamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semangat
persaudaraan di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata,
karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu
hubungan. Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah
orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada
naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.”
(RiwayatMuslim)
Dalam
hadits lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang
karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang
tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dariamalnya.” (Riwayat Muslim)
Maka
untuk itu, pemakalah berusaha sekuat tenaga untuk menyusun makalah tentang
PERSAUDARAAN. Yang mana persaudaraan ini sangat penting untuk ditingkatkan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Persaudaraan
Muslim
2.
Memelihara
Silaturrahmi
3.
Larangan
Memutuskan Silaturrahmi
PERSAUDARAAN
A. Persaudaraan Muslim (LM : 1671)
حَدِيثُ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِير. قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «تَرَى
المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ، وَتَوادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ
الْجَسَدِ. إِذَا اشْتَكَى عضْوًا، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ
والحُمَّى».
Annu'man bin Basyier r.a. berkata:
Nabi saw. bersabda: Anda akan melihat kaum mu'minin dalam kasih sayang, cinta
menyinta dan pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggautanya sakit
maka menjalar kepada lain-lain anggauta sehingga terasa panas dan tidak dapat
tidur. (Bukhari, Muslim).
Hadits di atas menggambarkan hakikat antara hubungan sesama kaum
muslimin yang begitu eratnya menurut Islam. Hubungan antara mereka dalam hal
kasih sayang, cinta, dan pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan,
yang satu sama lain saling membutuhkan, merasakan, dan tidak dapat dipisahkan.
Jika salah satu anggota badan tersebut sakit, anggota badan lainnya ikut
merasakan sakit.
Dalam hadits lain dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin
dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Bangunan
tidak akan berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Hal
itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame umat Islam.
Itulah salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum
mukmin dalam berhubungan anatara sesame kaum mukminin. Sifat egois atau
mementingkan diri sendiri sangat ditentang dalam Islam. Sebaliknya umat Islam
memerintahkan umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan
seiman lebih erat daripada persaudaraan sedarah. Itulah yang menjadi pangkal
kekuatan kaum muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan
mengulirkan tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasrakan atas
“take and give” tetapi berdasarkan Illahi.
Salah satu lanadsan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau
bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh
bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi
setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir
maupun batin, merka dapat bersatu.
Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam
Al-Qur’an, ada empat macam bentuk persaudaraan :
1.
Ukhuwah
‘ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan ketundukan kepada Allah.
2.
Ukhuwah
Insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara
karena berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah SAW juga menekankan hal
ini melalui sebuah hadits :
كُوِّنُوا
عِبَادً اللَّهِ اِخْوَانًا ( رواه البخارى عن أبى هرير
Jadilah
kalian hamba Allah yang bersaudara (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
3.
Ukhuwah
Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4.
Ukhuwah
fi ad-din al-Islam, persaudaraan muslim. Rasulullah SAW bersabda :
أَنْتُمْ أصْحَابِى اِخْوَانُنَا الَّذِينَ يَأْتُونَ بَعْدِىْ
Artinya :
“Kalian adalah saudara-saudaraku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)ku.”
Persaudaraan dalam Islam mengandung arti cukup luas tetapi
persaudaraan antar sesama muslim adalah pertama dan sangat utama. Sebagiamana
disebutkan dalam ayat :
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) ......
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat
: 10)
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk
lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat Islam.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama
dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap
pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu
menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang
selalu.
B.
Memilihara
Silaturrahmi (LM:1657)
حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ، أَو يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ،
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ».
Anas bin Malik r.a. berkata: Saya
telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang ingin diluaskan rizqinya
dan dilanjutkan umurnya maka hendaknya menyambung hubungan famili (kerabat).
(Bukhari, Muslim).
Hadits ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi.
Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan;
yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan
tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
( #sÎ*sù uä!%y` öNßgè=y_r& w tbrãÅzù'tGó¡o Zptã$y ( wur cqãBÏø)tGó¡o ÇÌÍÈ
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”. [1]
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
1.
Yang dimaksud dengan
tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan
ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat,
serta terjaga dari kesia-siaan.
2.
Berkaitan dengan ilmu
yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama
usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika
dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah
telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung
silaturahim ataukah tidak).
3.
Yang dimaksud, bahwa
namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati.
Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau
bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim
Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)].[2]\
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
1. Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman.
Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dalam hadits Abu Hurairah, beliau bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
2. Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari
api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata,
seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat
memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah
Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Menurut
Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, [3]
keuntungan bersilaturrahmi ada sepuluh, yaitu:
1. Memperoleh ridha Allah S.W.T., karena Dia memerintahkannya.
2. Membuat gembira orang lain.
3. Mandatangkan pujian kaum Muslimin kepadanya.
4. Menyebabkan pelakunya menjadi disukai para malaykat.
5. Membuat marah iblis.
6. Memanjangkan umur.
7. Menambah rezeki.
8. Membuat senang kaum kerabat yang telah meninggal, karena mereka senang jika
anak atau cucunya selalu bersilaturrahmi.
9. Memupuk rasa kasih sayang diantara keluarga/famili sehingga timbul semangat
saling membantu ketika berhajat.
10. Menambah pahala sesudah pelakunya meninggal karena ia akan selalu dikenang
dan dido’akan karena kebaikannya.[4]
C. Larangan Memutuskan Silaturrahmi (LM:1659)
حَدِيثُ
أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ:
«لاَ يَحِل لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ.
يَلْتَقِيَانِ، فَيُعْرِضُ هاذَا، وَيُعْرِضُ هاذَا. وَخَيْرُهُمَا الَّذِي
يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ».
Abu Ayyub Al-Anshari ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Tidak dihalalkan bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari
tiga hari sehingga jika bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya
ialah yang mendahului memberi salam. (Bukhari, Muslim).
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan
pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan
lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim
dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya.
Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan
menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat
kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang
kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah
ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung
hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan
dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan
silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di
antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya,
menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah
juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan
hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan
menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang
mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat
Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah
besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Segala amalnya tidak
berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan penuh
keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim
dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada
artinya di sisi Allah SWT.
2.
Amalan shalatnya tidak
berpahala. Sabda Rasulullah SAW :
"Terdapat 5 (lima)
macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai suami
karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam
saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi
makmumnya."
3. Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya
malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan
silaturahmi."
4. Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah
SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu :
orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang
yang membenarkan perbuatan sihir."
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat.
Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah di antara engkau dan dia dengan
hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena
Allah. Dan setiap orang yang bergaul denganmu dengan kecintaan iman, niscaya ia
berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam.
Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap
muslim atau perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong
menolong, dan saling berkasih sayang, Rasulullah melengkapi pengarahan beliau dengan sabdanya:
وَكُوْنُوْا
عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
"Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR.
al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, Malik)
Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan pengertian persaudaraan yang
dimaksudkan dalam hadits tersebut dengan ucapannya : “Berusahalah agar kamu
menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling
membantu, dan memberi nasehat”. [5]
Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna
iman kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ, لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak
beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia
mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan”. (Shahih al-Jami' no.7085)
Al-Karmani memberikan komentar dengan katanya, : “Dan termasuk iman pula,
bahwa ia membenci untuk saudaranya keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan
beliau tidak menyebutkannya, karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi
membenci lawannya, lalu beliau tidak
menyebutkan hal itu karena sudah cukup”. (Fath al-Bari 1/58. saat mensyarahkan
hadits ke 13 dari kitab al-Iman bab ke-tujuh)
An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah bahwa ia
adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai (Fath
al-Bari 1/58).
Dan Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan : “Maksud kecenderungan di
sini adalah ikhtiyari (yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah
adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai kebaikan”. (Fath al-Bari 1/58)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya
3.
Al-Faqih Abu Laits
Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat) Penerjemah Abu
Imam Taqiyyuddin, (Malang: Dar. Al-Ihya: 1986),
4.
Prof.
DR. H. Rachmat Syafe’i, M. A., 2000 Al-Hadits, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan
Hukum, Bandung, Pustaka Setia.
[2] http://fahmycakra.blogspot.com/2013/12/makalah-hadis-tentang-persaudaraan.html diunggah pada hari senin (09-06-2014).
[3] Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral
Umat) Penerjemah Abu Imam Taqiyyuddin, (Malang: Dar. Al-Ihya: 1986), hlm.
134-135
[4] Prof. DR. H. Rachmat Syafe’i, M. A., 2000 Al-Hadits,
Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung, Pustaka Setia, hlm 209
[5] Dikutip dari hasyiyah
al-Muwaththa`, ta'liq Muhammad Fu`ad Abdul Baqi hal. 908, kitab Husnul Khuluq
no. 15
No comments:
Post a Comment