MEDIA PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
“MEDIA PEMBELAJARAN ASWAT (BUNYI)”
DOSEN
PEMBIMBING :
EVA ARDINAL, MA
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK II (DUA) :
ANGGA HARDIANTO
(07.224.12)
PAISAL IRDANUS
(07.226.12)
RONAZUL PITA
(07.243.12)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KERINCI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kami
panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
ini dapat hadir dihadapan pembaca.
Disamping itu Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad S.A.W. beserta keluarganya dan para shahabatnya yang dengan penuh
kesetiaan telah mengobarkan syi’ar Islam yang manpaatnya masih terasa hingga
saat ini.
Makalah yang berada dihadapan pembaca ini membahas tentang “ MEDIA PEMBELAJARAN ASWAT” Dan kami
berharap, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembacanya dan
bernilai ibadah bagi penulisnya.
Adalah sebagai konsekwensi logis bahwa bila nantinya disana-sini
akan didapati beberapa cacat, kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami
selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan segala bentuk saran maupun
kritik dari pihak manapun. Juga tak lupa penulis sampaikan beribu-ribu terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Paling terakhir, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur
dan hanya kepada-Nya pula urusan penulis kembalikan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan
semoga berguna sesuai tujuan untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam
pada umumnya. Dan sekali lagi kami berharap supaya makalah ini dapat bermanpaat
bagi pembacanya dan amal ibadah bagi penulisnya.Amin…..Ya Rabbal ‘Alamiin.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Dimyati, M., Afifuddin.
2010. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iI. Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah
4.
Hermawan, Acep.
2011. Metodologi pembelajaran Bahasa
Arab. Bandung: Rosda
5.
Rosyidi, Abdul Wahab.
2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALANG PRESS.
6.
Mustofa, Bisri dan
Abdul Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: UIN Maliki Press
A.
PENGAJARAN ASWAT ARABIYAH
Bunyi bahasa
adalah komponen bahasa yang pertama kali dihadapi oleh pelajar bahasa baru,
karena itulah bunyi bahasa harus diajarkan dengan cara yang benar, yang
memudahkan para siswa untuk mengatasi problem bunyi bahasa yang mereka hadapi.
Karena itu pekerjaan pertama yang harus dituntaskan oleh guru bahasa Arab
adalah mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab,
seperti mengucapkan bunyi mad, bunyi syiddah, alif lam
syamsiyyah dan qamariyyah, bunyi-bunyi yang sifat hurufnya memiliki
kemiripan, bunyi-bunyi yang makhrajnya berdekatan, bunyi tanwin,
huruf mad, dan sebagainya.
Kesulitan-kesulitan
tersebut akan dihadapi oleh siswa karena karakter sistem bunyi bahasa Arab
dalam beberapa hal memang berbeda dengan bahasa lainnya, dan bisa juga timbul
karena pengaruh dari bahasa Ibu siswa. Dengan kenyataan demikian, pengajaran
bunyi bahasa akan menjadi bertambah penting ketika guru berhadapan dengan
beberapa bunyi yang menyulitkan siswa.
Karena itu
langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru sebelum mengajarkan bunyi adalah
mengetahui dengan persis bunyi-bunyi yang dapat menyulitkan siswa tersebut,
baik berdasarkan bacaan atau pengalaman dan penelaahan guru sendiri.
Pengetahuan seperti itu akan dimiliki oleh guru kalau dia sudah mengetahui sistem
tata bunyi bahasa Arab kemudian membandingkannya dengan sistem tata bunyi
bahasa bahasa Indonesia,
ditambah sistem tata bunyi bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu siswa. Yaitu
dengan melakukan studi perbandingan sistem bunyi antar bahasa yang dinamakan
dengan istilah "Studi Kontrastif” atau "Analisis Kontrastif”.
Setelah
melakukan studi tersebut, diharapkan guru bisa:
a.
Mengidentifikasi/mengetahui
persamaan bunyi antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia/bahasa pembelajar.
b.
Mengidentifikasi/mengetahui
bunyi-bunyi bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia/bahasa
pembelajar.
c.
Mengidentifikasi/mengetahui
bunyi-bunyi bahasa Indonesia/bahasa ibu yang tidak terdapat dalam bahasa Arab
d.
Memprediksi
kesulitan-kesulitan dalam pengucapan bunyi bahasa yang mungkin dialami siswa.
e.
Menjelaskan
sebab-sebab kesulitan pengucapan bahasa Arab yang dialami para siswa. Dengan
mengetahui perbedaan antara kedua bahasa tersebut guru bisa mengetahui
bagaimana pengaruh suatu bahasa terhadap bahasa lainnya.
Setelah mengidentifikasi bunyi-bunyi yang diduga kuat
akan menyulitkan siswa, maka langkah selanjutya adalah mengidentifikasi pada
bagian mana kesulitan-kesulitan tersebut akan muncul, karena tidak mengajarkan
bunyi terpisah dari materi kebahasaan yang lain. Dalam sistem pengajaran bahasa terpadu (nazhariyah
al-wahdah/all in one system) persoalan pengajaran bunyi terkait erat dengan
kosakata pokok yang terdapat dalam materi hiwar atau materi qira‘ah. Jika letak
kesulitan sudah bisa diidentifikasi dengan jelas, maka guru perlu melakukan
serangkaian tindakan dalam program pembelajaran untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut. [1]
B. MEDIA PEMBELAJARAN ASWAT
(BUNYI).
Dalam pembelajaran
bahasa asing, penguasaan bunyi bahasa merupakan salah satu tujuan penting, dan
juga tergantung pada tujuan pengajarannya. Tujuan pembelajaran bunyi bahasa
secara umum meliputi; penguasaan seluruh sistem bunyi, baik dalam bentuk
mengenal atau memahami bunyi bahasa secara reseptif, maupun dalam bentuk
melafalkan dan menggunakan bunyi bahasa secara aktif-produktif. Selain bunyi
bahasa dalam bentuk konsonan dan vokal, sistem bunyi bahasa selengkapnya
Meliputi tinggi rendahnya suara (al-Thul), tekanan kata dan kalimat (An-Nabr),
lagu kalimat atau intonasi (At-Taghim), dan sebagainya. Tingkat
penguasaan terhadap bagian-bagian dari sistem bunyi bahasa itu merupakan tujuan
dari pembelajaran bunyi bahasa.[2]
Media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk pengajaran bunyi di antaranya adalah:
1. Laukhah an Nutqi (bagian artikulasi
ucap) yang terdiri dari beberapa alat ucap baik yang bergerak atau yang tetap.
Dengan menggunakan
media tersebut guru bisa mengajarkan siswa di mana bunyi itu diucapkan dan
bagaimana bunyi itu dihasilkan. Dengan cara menunjuk pada gambar di mana bunyi
diucapkan, maka hal ini akan memudahkan siswa menempatkan alat ucapnya sesuai
dengan petunjuk pada gambar. Apalagi gambar tersebut adalah gambar hidup yang
bisa bergerak secara otomatis.
2. Kartu bergambar seperti gambar Jeruk (برتقال) untuk bunyi “Ba”, gambar baju (ثوب) untuk bunyi “Tsa”,
gambar mulut (فم), dan seterusnya. Adapun ukuran kartu bisa di
sesuaikan dengan selera guru, akan tetapi juga mempertimbangkan Asas
keserasian, keselarasan, dan kekontrasan.
3. Rekaman bunyi-bunyi hijaiah pada kaset atau CD atau rekaman bacaan al-Quran.
4. Percakapan dua orang atau lebih.
5. Menggunakan media dengar.
Adapun macam-macam Media Aswat yaitu :
a. Rekaman
Media ini terdiri dari perangkat keras berupa alat perekam (tape recorder)
dan perangkat lunak berupa progam dalam pita rekaman. Media ini dapat digunakan
untuk melatih ekspresi lisan dan menyimak.
Melatih eksperesi lisan atau menyimak dapat dilakukan
dengar memperdengarkan rekaman sebuah cerita atau teks, kemudian guru
menanyakan kepada siswa, apa yang didengarnya melalui pemutaran rekaman cerita
tersebut. Sedangkan untuk melatih ketrampilan ekspresi lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode latihan siap atau praktek.
Rekaman memiliki kelebihan yaitu :
Ø Media ini menggunakan perangkat keras yang mudah diperoleh dan dimiliki
oleh guru
Ø Dapat digunakan tanpa kehadiran guru.
Ø Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Di samping hal-hal positif di atas, rekaman juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
Ø Tidak semua ketrampilan bahasa dapat dituangkan dalam rekaman
Ø Interaksi antara guru dan siswa kurang hidup. Sebagaian peran guru
digantikan media dan kegiatan siswa banyak bersifat mekanis
Ø Penggunaan media dalam latihan praktek biasanya menjemukan, terutama bagi
siswa yang pandai
b. Radio
Media ini berupa program siaran radio yang disalurkan dari pemancar,
kemudian diterima oleh alat penerima radio untuk didengar oleh penerima
informasi. Bentuk siaran radio dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Program dalam bentuk pidato,
2. Program dalam bentuk dialog atau tanya jawab,
3. Program dalam bentuk drama atau sandiwara.
Radio memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
Ø Memiliki jangkauan yang luas
Ø Ukuran media ini relatif kecil, sehingga dapat dibawa kemana-mana
Ø Siaran yang dipresentasikan lewat radio kadang dapat menimbulkan kesan
lebih kuat dan lebih hidup dari pada TV
Di samping hal-hal di atas, radio juga memiliki
keterbatasan, yaitu:
Ø Tidak dapat mengkomunikasikan informasi secara visual, sebab radio hanya
berkarakteristik tunggal, yaitu suara. Informasinya sangat abstrak sehingga
kemungkinan diserap sangat kecil
Ø Konsentrasi individu untuk mendengarkan sangat terbatas, sehingga tidak
mungkin mengkomunikasikan materi yang banyak melalaui media ini
c. Piringan hitam
Pada dasarnya piringan hitam (PH) tidak jauh berbeda dengan pita rekaman.
Keduanya berfungsi merekam suatu program yang dapat diputar kembali untuk
mengkomunikasikan program itu kepada penerima informasi. Dengan majunya dunia
rekaman, terutama rekaman dengan menggunakan pita kaset, dari hari ke hari PH
semakin terdesak. Hal ini disebabkan beberapa aspek, yaitu:
1.
Perekaman tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi
harus dilakukan oleh perusahaan PH.
2.
Rekaman pada PH tidak dapat dihapus atau
diganti.
3.
Perangkat kerasnya berupa pick up relatif lebih
besar dari pada tape recorder, sehingga tidak praktis di bawa ke mana-mana.
Meskipun demikian, seiring perkembangan teknologi, dewasa ini PH diproduksi
dalam bentuk sangat tipis seperti kertas, sehingga memungkinkan untuk
diselipkan sebagai penyerta media cetak tetentu.[3]
C. KEGIATAN
BELAJAR/METODE PEMBELAJARAN ASWAT (SUARA)
Berikut ini adalah uraian tentang langkah-langkah
pengajaran aswat 'arabiyyah yang bisa dipertimbangkan penggunaannya oleh guru
dengan melihat kondisi ril di kelasnya. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Penyajian
model pelafalan
Cara yang
paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa Arab yang sulit kepada siswa
adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti oleh
siswa. Selain dalam bentuk bunyi tunggal, contoh pelafalan tersebut sebaiknya
diberikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang dicontohkan berada di
awal, di tengah dan di akhir kata. Contoh:
- ص- ص- ص- ص
- صياد – صوم – صدر – صيف – صار – صوف
- مصير – قصور – أصدقاء – انتصر – حصة – أصغى
- لص – رصاص – خالص – تربص– حريص – مخصوص .
Teknik lain
yang efektif untuk mencontohkan pelafalan bunyi bahasa adalah dengan
menggunakan pasangan minimal (tsuna’iyyah sugra/minimal pair), yaitu dua
kata yang berbeda maknanya karena perbedaan satu huruf saja, apakah di awal, di
tengah, atau di akhir.
Latihan
membedakan bunyi bahasa dengan pasangan minimal dapat dilakukan dengan cara guru
melafalkan pasangan minimal dengan jelas sementara siswa menyimak dan
memperhatikan gerak bibir dan mulut guru mereka supaya terlihat dengan jelas
perbedaan kedua kata tersebut.
Contoh-contoh
pasangan minimal yang dapat membantu garu menggunakan teknik ini adalah.
سرة – صرة / بسمة – بصمة /
فسد – فصد / مسحوب - مصحوب
/ نسب - نصب /
يسير – يصير سريع – صريع / سيف – صيف /
مس – مـص / سورة – صورة /
ساد – صاد / سار – صار /
سام – صام / يسوم – يصوم
/ هجم – حجم/ هام – حام/ نزه – نزح/ مناهي – مناحي/ منهل – منحل/ انتهى – انتحى/ مهموم – محموم/نهر – نحر/ساهر – ساحر/ فاره – فارح/ همام – حمام/سفه – سفح/بهت – بحت/ أهمل – أحمل/هد – حاد/فاح – فاه/ ناهية – ناحية /مل – حمل
Kegiatan
memberikan model pelafalan kepada siswa juga bisa dilakukan dengan menulis
lambang bunyi yang dicontohkan. Teknik ini tentunya bisa dilakukan kalau guru
mengajarkan kemahiran menyimak bunyi bahasa dengan kemahiran membaca lambang
bahasa.
Dengan tsuna’iyyah
sugra[4]
kegiatan ini bisa dilakukan dengan membedakan dua huruf yang berbeda dalam tsuna’iyyah
sugra dengan warna yang berbeda, sehingga ketika guru melafalkan setiap
kata siswa bisa dengan gampang mengidentifikasi bunyi yang berbeda tersebut
dari warna tulisan yang berbeda.[5]
2. Pemberian
Latihan/Drill
Setelah
memberikan contoh pelafalan, guru memberikan beberapa bentuk dril untuk
membiasakan siswa melafalkan bunyi-bunyi yang sudah dicontohkan pelafalannya
pada tahapan sebelumnya.
Di antara
bentuk dril yang bisa digunakan oleh guru adalah:
1. Latihan
menirukan dan mengulangi, dengan cara:
(a) Para
siswa meniru/mengulangi secara bersama-sama
(b) Para
siswa meniru/mengulangi secara berkelompok (berdasarkan tempat duduk, jenis
kelamin atau pertimbangan lainnya)
(c) Para
siswa meniru/mengulangi atau mengulang perorangan
2. Latihan
membedakan bunyi bahasa
Latihan
membedakan bunyi bahasa dapat divariasikan menjadi:
(a) Menentukan
satu dari tiga bunyi.
Contoh:
Tentukan
apakah bunyi shad [ص] diucapkan pertama, kedua, atau ketiga!
1) س – ص – ش
4) ص – ش – ش
2) ص – ش – س 5)
ش – س – ص
3) س – س – ص 6) ص – س – س
(b) Menentukan
salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat
Contoh:
Tentukan apakah bunyi [ص] atau [س] yang ada
dalam setiap kata berikut! .
1) صالح / 2) سرير / 3) الصدف / 4) السحـاب / 5) الفصل
6) السائر / 7) السور / 8)
الصرة / 9) الصورة
/ 10) السفح
(c) Menyimak
dan mengulangi tsuna’iyyah sugra (buku tertutup)
(d) Membaca
dan mengulang tsuna’iyyah sugra (buku terbuka)
(e) Membaca
bebas, artinya guru memerintahkan para siswa untuk membaca huruf, kata, atau
kalimat yang mengandung bunyi yang sulit tanpa memberikan contoh pelafalan
terlebih dahulu.
3. Praktik
penggunaan bunyi bahasa
Maksud kegiatan ini adalah guru menggunakan bunyi-bunyi yang sudah
dipelajari oleh siswa dalam kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang komplek
maupun yang sederhana, seperti dengan cara menyebut nama siswa dalam kelas,
menyebut suatu benda yang ada di dalam atau di luar kelas, atau menyebut nama
anggota badan.
D. TEKNIK ALTERNATIF PENGAJARAN ASWAT
Disamping
teknik-teknik pengajaran bunyi bahasa dan kemahiran menyimak yang sudah dijelas
sebelumnya, teknik-teknik berikut dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab
untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
1. Dengar-ucap
Model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat
oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara,
semboyan dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau berupa rekaman.
Model ini disimak dan ditiru oleh siswa.
2. Dengar-tulis (dikte)
Dengar-Tulis (Dikte) mirip dengan Dengar-Ucap. Model ucapan yang digunakan dalam
Dengar-Ucap dapat digunakan dalam
Dengar- Tulis. Dengar- Ucap menuntut reaksi bersifat lisan, Dengar-Tulis menuntut
reaksi bersifat tulisan. Jadi sudah melibatkan kemahiran lain selain kemahiran
menyimak.
3. Dengar-kerjakan
Model ucapan berisi kalimat-kalimat perintah. Siswa yang menyimak
isi ucapan mereaksi sesuai dengan instruksi. Reaksi biasanya dalam bentuk
perbuatan.
4. Dengar-terka
Guru menyusun deskripsi sesuatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya.
Deskripsi
dibacakan atau diputar rekamannya kepada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan saksama, kemudian menerka isinya.
5. Memperluas
kalimat
Guru
menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru
mengulangi mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau
kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang
disebutkan terakhir o1eh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diperluas.
6. Menemukan
benda
Guru
mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda tersebut sebaiknya sudah pernah
dikenal oleh para siswanya. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak
terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama sesuatu benda. Siswa mencari benda yang
baru diucapkan guru. Bila bendanya sudah ditemukan, kemudian ditunjukkan kepada
guru.
7. Menjawab
pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah
melalui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan
bilamana yang diajukan kepada bahan simakan. Untuk memantapkan pemahaman
melaksanakan cara ini maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan
terakhir semuanya sekaligus.[6]
PENUTUP/KESIMPULAN
Ilmu aswat adalah ilmu yang
mempelajari bunyi. Bunyi yang dipelajari adalah bunyi bahasa, yaitu komponen
yang pertama kali dihadapi oleh pelajar bahasa baru, karena itulah bunyi bahasa
harus diajarkan dengan benar. Bunyi bahasa Arab dan bahasa Indonesia mempunyai
karakteristik berbeda. Oleh karenanya guru harus memahami kedua karakteristik
ini, agar memudahkan siswa dalam menyerap apa yang diajarkan.
Adapun
macam-macam Media Dengar yaitu :
a.
Rekaman
b.
Radio
c.
Piringan hitam
Langkah-langkah pengajaran aswat
diantaranya:
a. enyajian
model pelafalan,
b. Pemberian
latihan/drill, dan
c. Praktik
penggunaan bahasa.
Teknik alternatif pengajaran aswat
a. Dengar-ucap
b. Dengar-tulis (dikte)
c. Dengar-kerjakan
d. Dengar-terka
e. Memperluas
kalimat
f. Menemukan
benda
g. Menjawab
pertanyaan
Pengajaran bunyi bahasa adalah
kegiatan yang paling mendasar untuk mengembangkan kemampuan menyimak. Fase
pengajaran menyimak mencakup tiga kegiatan pokok, diantaranya kegiatan
pramenyimak, kegiatan ketika menyimak, dan kegiatan pascamenyimak. Adapun
teknik yang dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab untuk meningkatkan
kemampuan menyimak siswa diantaranya: dengar-ulang ucap, dengar-tulis (dikte),
dengar-kerjakan, dengar-terka, memperluas kalimat, menemukan benda, bisik
berantai, menyelesaikan cerita, identifikasi kata kunci, identifikasi kalimat
topik, menyingkat/merangkum, paraphrase, dan menjawab pertanyaan.
[1]
http://reforey.blogspot.com/2013/11/media-pembelajaran-bahasa-arab_18.html (diunduh pada hari rabu (19/04/2014)
[2]
Dimyati, M., Afifuddin. 2010. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iI. Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah
[4] Teknik untuk mencontohkan pelafalan bunyi
bahasa, dengan menggunakan pasangan kata minimal, yaitu dua kata yang berbeda
maknanya.
Lihat juga: Mustofa, Bisri dan Abdul
Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press