Monday, May 4, 2015

Iptek, Seni, dalam Islam



BAB I
PENDAHULUAN
        Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan di dalam al-Quran sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah.
        Islam merupakan agama yang benar di sisi Allah SWT. Dalam Al-Quran surat pun telah dijelaskan tentang kebenaran dan kesempurnan Islam. Allah telah menurunkan Al-Quran sebagai kitab umat Islam yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya yang sudah tidak sesuai dengan zaman. Berbeda dengan kitab Allah yang lain, Al-Quran berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia, bukan hanya khusus bagi satu kaum saja. Allah juga menjaga keaslian dan kemurnian Al-Quran dari kepalsuan yang dapat merubah isi asli dari Al-Quran.
        Melihat fakta itu, sudah sepantasnya Al-Quran dijadikan pedoman dan penuntun hidup dalam menjalankan keseharian oleh umat Islam sedunia. Dalam kitab inipun telah tercantumkan segala pengetahuan tentang alam semesta. Proses terjadinya alam dan gambaran kehancuran dunia ketika kiamat. Al-Quran mencakup seluruh aspek kehidupan makhlik di dunia, tenteng syariat, perintah dan aturan-aturan hidup yang bersumber langsung dari kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi Muhammad.
       Segala macam ilmu pengetahuan terkini telah tercantum dalam Al-Quran. Tak terkecuali tentang IPTEKS yang saat ini telah banyak dikembangkan manusia. Semua itu hakikatnya bersumber dari kitab Allah yang suci


BAB II
PEMBAHASAN
Iptek, Seni, dalam Islam
A.    Pengertian IPTEKS, dan Seni
        Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu pengetahuan mempunyai makna yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui pancaindra.
       Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam Al-Quran ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.
        Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Al Ghazali berpendapat bahwa ilmu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah wajib, dimana setiap orang wajib mendalaminya dan ilmu yang berkaitan dengan ruang public, misalnya ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, ilmu komputer, dan lain-lain, yang tidak semua orang wajib mempelajarinya.
      Menurut Afzalur Rahman dalam Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran, Ilmu dapat menggapai Sang Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat tentang hukum-hukum yang mengatur alam.


       Konsep ilmu sendiri menurut Al Quran telah dijelaskan dalam Qs. Ali Imran ayat 190-191:




"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi".
        Teknologi. Menurut ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Teknologi bagai pisau bermata dua. Memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif nya dapat memberi kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, sedangkan dampak negatif nya adanya ketimpangan dalam kehidupan manusia yang dapat menimbulkan kehancuran alam semesta.
       Seni berasal dari bahasa latin dari kata Ars atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa Belanda yang artinya jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit atau pekerjaan yang rumit.
       Menurut Ahdian Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya, sedangkan menurut KI Hajar Dewantara seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia.
Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:




“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6]. 

B.     Syarat-syarat Ilmu
       Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut:
1)   Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan, sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek formal.
2)   Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan induksi.
3)   Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep terseubut tidak terdapat kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penetangan kondtradiktif diantara satu sama lainnya.
C.    Sumber Ilmu Pengetahuan
       Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
        Maka dari itu tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kjian ulang atau perbaikan kembali. Kedua sumber ilmu tadi akan dijelaskan sebagai berikut:
1)   Sumber ilmu dari Allah SWT atau Wahyu
       Ilmu yang bersumber pada agama atau Allah SWT diturunkan kepada manusia melalui para Rasul-Rasul Allah, berupa wahyu Allah yang diabadikan dalam kitab suci masing-masing diantaranya:
  1. Zabur (mazmur), kitab Nabi Daud as.
  2. Taurat (thorah),  kitab Nabi Musa as.
  3. Injil, kitab Nabi Isa al-masih as.
  4. Al-Quranul karim, kitab Nabi Muhammad SAW.
2)   Sumber ilmu dari akal atau Filsafat
       Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari Filsafat (Philosophia), yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat pada masa itu mencakup pula segala pemikiran mengenai masyarakat. Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat, memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing. Dalam islam kita juga mengenal banyak ilmuwan-ilmuwan atau para filosof misalnya, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali adalah tokoh islam dalam bidang ilmu fiqih, Abu Hasan Al Asy’ari adalah tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu tauhid, Imam Ghazali adalah tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu akhlak, Ibnu Sina adalah tokoh dalam bidang kedokteran dan filsafat, Al Biruni adalah ahli dalam ilmu fisika dan ilmu astronomi, Jabir ibn Hayyan adalah ahli kimia dari kalangan kaum muslimin, Al Khawarizmi di bidang matematika dan Al Mas’udi yang terkenal sebagai ahli geografi serta sejarah.
       Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
  1. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi, botani dan sebagainya.
  2. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan sebagainya.
  3. Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama, ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.
D.    Integrasi Iman, Ipteks dan Amal
      Dalam pandangan Islam, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni mempunyai hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem Dienul Islam (agama islam). Dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberian ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Unsur tersebut mengumpamakan bangunan Islam seperti sebatang pohon yang kokoh. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah  pohon  yang  menopang  tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang  pohon  yang  mengeluarkan cabang-cabang  ilmu pengetahuan. Sedangkan teknologi dan seni ibarat buah dari pohon itu. Pengembangan IPTEKS yang terlepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar  keimanan dan  ketakwaan  kepada  Allah akan memberikan  jaminan  kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya serta mencerminkan suatu ibadah dalam prektiknya. Semua satu kesatuan tersebut tidak lepas dari sumber-sumber kebenaran ilmiah dimana ada sebuah keterkaitan Al-Quran dan Alam Semesta.
E.     Batasan pengembangan IPTEKS dalam islam
  1. Al-Quran
  2. Hadist
  3. Ijtihad
Seni akan menjadi haram jika:
  1. Seni suara dan seni musik (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr (minuman arak) , dan al-qainat (penyanyi cabul).
  2. Seni rupa (gambar, terutama patung), yang ada hubungannya dengan jiwa kemusyrikan dan penyembahan berhala. Pelukisan Tuhan merupakan menyekutukanNya sehingga itu merupakan kesenian yang diharamkan.

F.     Keutamaan Orang Berilmu dan Beramal
       Perbuatan baik seseorang tidak akan  bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya dengan perkembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
         Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58(Al-Mujadalah):11:
دَرَجَاتٍالْعِلْمَأُوتُوا وَالَّذِينَ مِنْكُمْآَمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
         Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pendidik akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-Gazhali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan al-Qur’an as Sunnah, maupun argumentasi secara rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya  termasuk aspek ibadah kepada Allah swt, melainkan juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah SWT. Keutamaan orang yang berilmu menurut Al-Ghazali :
–       Bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga penerang orang lain.
–       Bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang yang berpapasan dengannya.
G.    Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
       Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu, dan berada dibawah hokum serta aturan yang satu yaitu hukum alam. Kemudian gunung, daratan, padang pasir, sungai, hutan, danau, semuanya itu hanyalah bagian dari alam saja. Ketika manusia berbuat baik terhadap lingkungannya berarti baik pula terhadap dirinya sendiri, dan sebaliknya. Para ilmuan tidak hanya memegang tanggungjawab terhadap permasalahan sosial namun juga tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Dalam dimensi etis atau religious seorang ilmuan hendaknya tidak melanggar kepatutan berdasarkan keilmuan yang ditekuninya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu yang dapat merusak kehidupan alam.
       Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.
 Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an:


 “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11)
        Allah memberikan kita alam dengan potensi yang melimpah yang bisa kita pakai untuk kebutuhan rohani, kebutuhan lahiriah namun di sisi lain Allah juga memerintahkan kita untuk mengembangkannya, tetap menjaga eksistensinya guna memenuhi kebutuhan anak cucu kita selanjutnya. Mengabdi kepada AllahSWT dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:
1.      Mengabdi langsung kepada Allah (vertikal)
  1. Menjaga hubungan sesama manusia (horizontal)
  2. Dan hubungan kita dengan alam sekitar (diagonal). 



BAB III
KESIMPULAN
        Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknolgi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku  adil dengan semua makhluk  hidup dalam ini, maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya untuk beribadah kepada Allah akan tetapi, menjalin hubungan baik kepada sesama manusia dan menjaga hubungan harmonis dengan alam sehingga terdapat hubungan timbal balik yang selaras. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi danseni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam.
        Pengembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusiadan alam lingkungannya. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu dan amarah. Karena pada dasarnya Manusia mendapat amanah dari Allah sebagai khalifah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan potensinya untuk kepentingan umat manusia. Oleh karena itu perlunya keimanan sebagai pelengkap ilmu dalam penerapannya bukan hanya menghasilkan keuntungan satu sisi saja.




DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Anshari,Endang,”Wawasan Islam”,Raja Grafindo Persada,Jakarta:2003.
Mansoer,Hamdan dkk,”Materi Instruksi Pendidikan Agama Islam di PerguruanTinggi Umum”,Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen AgamaRI,Jakarta:2004.
Ali, Mohamad Daud. (1998). Pendidikan Agama Islam.Rajawali Press.Jakarta.

No comments:

Post a Comment