Monday, May 4, 2015

FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG ISI KURIKULUM DAN ISI PENDIDIKAN



FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG ISI KURIKULUM DAN ISI PENDIDIKAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan Islam




Disusun Oleh:
Kelompok 8
Susi Susanti
Lerin Pradista
Yogi Arnandes

        Dosen pembimbing :
Nur asyiah, S.Ag.,M.Pd.I

JURUSAN TARBIAH PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
T.A 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN

FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG ISI KURIKULUM DAN
ISI PENDIDIKAN
A.  Latar Belakang
Salah satu tugas pokok filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus direncanakan (diprogramkan) dalam kurikulum. Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian dan keseimbangan. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus tergambar di dalam program yang tertuang di dalam kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses kependidikan. Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan Islam. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh peserta didik, harus ditetapkan dalam kurikulum. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, harus dijabarkan ke dalam kurikulum.
Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi, kurikulum menggambarkan kegiatan belajar-mengajar dalam suatu lembaga kependidikan. Di dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, dan peserta didik mempelajarinya, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukansentral, menentukan kegiatan dan hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kuriklum yang lemah akan menghasilkan manusia yang lemah pula.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa filosofi pendidikan Islam tentang isi kurikulum?
2.      Apa filosofi pendidikan Islam tentang isi pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Filosofi Pendidikan Islam Tentang Isi Kurikulum
1.      Pengertian kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa  latin, yaitu curriculum, yang artinya a running course atau race course dan dalam bahasa prancis, yaitu courier, artinya berlari. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteks dunia pendidikan, kurikulum berarti “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran pembelajaran dimana guru dan peserta didik terlibat didalamnya.  Adapula yang mengatakan kurikulum ialah arena pertandingan, tempat belajar bertanding untuk menguasai pelajaran untuk mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjaan.[1]
Apabila aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan sekaligus tiga tujuan yang hendak dicapai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, kurikulum yang dimaksudkan adalah semua aspek yang direncanakan dalam pendidikan yang bertujuan mencapai tiga ranah tersebut. Dengan demikian, berbicara tentang kurikulum bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi semua aspek yang terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama berkaitan dengan mata pelajaran, system dan metode pembelajaran, hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik, pengawasan perkembangan mental anak didik, dan system evaluasi, dan sebagainya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, kurikulum adalah rencana pendidikan atau pengajaran. Dalam rencana pendidikan terdapat pedoman atau pegangan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam system persekolahan terdapat 4 subsistem yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu:
1.      Kegiatan mengajar (teaching)
2.      Kegiatan belajar (learning)
3.      Kegiatan pembelajaran (instruction)
4.      Kurikulum, pedoman semua proses pembelajaran
Dalam kosa kata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan istilah manhaj yang berati jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam dalam berbagai bidang kehidupan. Apabila pengertian dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui pendidik dan peserta didik untuk mengembang pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
2.      Hakikat kurikulum
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan memiliki kurikulum masing-masing.[2]
Kurikulum dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang dinamis adalah yang dinamis, actual, teoritis, dan aplikatif. Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa, pengembangan pribadi siswa, ataupun keterampilan kerja. Dengan tujuab tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk kerja. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya. Penguasaan pengetahuan akan berkaitan dengan penyajian materi ilmu pengetahuan teoritis, pengembangan pribadi akan berkaitan dengan kurikulum yang diarahkan pada pengetahuan tingkah laku, moralitas dan agama, kemampuan keterampilan kurikulumnya diarahkan pada pengetahuan terapan yang memperkuat profesionalitas anak didik dalam memperdalam keahlian tertentu supaya siap pakai kerja sekaligus siap memperoleh penghasilan.
Kurikulum yang dijadikan standar mutu pendidikan Islam perlu memperhatikan beberapa prinsip dibawah ini:
1.      Prinsip pertautan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Seluruh rencana pengajaran yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, materi pelajaran, tujuan, metode, dan evaluasi harus berkaitan nilai-nilai ajaran Islam. Dan perlakuan dan hubungan yang berlaku lembaga pendidikan harus berdasarkan agama Islam.
2.      Prinsip universal artinya bahwa kandungan kurikulum sebagai rencana pengajaran berkaitan dengan semua aspek kebutuhan manusia sebagai anak didik, baik aspek jasmani maupun aspek rohani. Kandungan kurikulum menyentuh akal dan anak didik. Pendidikan yang di kembangkan bukan pendidikan sekuler, melainkan pendidikan rasional yang artinya mengajarkan semua ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan anak didik didunia dan menjadi bekal di akhirat. Oleh sebab itu, tidak dikenal pemilihan dan pemilahan ilmu, misalnya ilmu umum dan ilmu agama (sebagai ilmu khusus), semua ilmu berasal dari Allah dan wajib dituntut sedalam mungkin karena perintah Allah dan Rasulullah SAW.
3.      Prinsip keseimbangan, sebagai prinsip lanjutan setelah menjalankan prinsip universal. Artinya kurikulum harus berisi rencana pengajaran yang seimbang untuk kebutuhan dunia dan akhirat. Karena  kaum muslimin harus memilih jalan tengah, keseimbangan, dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.
4.      Prinsip interaksional edukatif, artinya  kurikulum yang berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan belajar. Begitu juga, dengan alam sekitar fisik dan social tempat anak didik hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman, dan sikapnya. Dengan memelihara prinsip ini, kurikulum akan lebih sesuai dengan sifat anak didik, lebih memenuhi kebutuhannya, dan lebih sejalan dengan Susana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat. [3]
5.      Prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum,. Metode mengajar pendidikan Islam mencela sifat membeo (taklid) secara membabi buta ataupun bertahan pada sesuatu yang kuno, yang mewarisi dan mengikutinya. Islam mengalahkan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.
6.      Prinsip empirisistik, artinya kurikulum dikembangkan dengan dinamis dan selalu actual karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan Negara. Anak didik adalah generasi pelanjut bangsa dan Negara yang diharapkan memiliki kemampuan memimpin dan mengelola semua kekayaan alam demi kemakmuran dan kejahteraan masyarakat pada masa sekarang dan masa dan masa yang akan dating. Cita-cita tersebut secara langsung berkaitan dengan kurikulum sekolah dan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh berbagai lembaga pendidikan Indonesia.[4]

Setiap mata pelajaran diharapkan mengarahkan anak didik pada sikap-sikap yang patut diteladani, penguatan pemahaman ketauhidan danketeabalan iman sehingga anak didik yang digembleng dalam pendidikan, dengan kurikulum yang dimaksud memilki pandangan yang luas tidak mudah putus asa dalam menghadapi kehidupan, optimis, dan kreatif.
Hakikat kurikulum pendidikan memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:
1.      Dalam kurikulum terdapat tujuan utama, yaitu pembinaan anak didik untuk beriman dan bertakwa. Oleh karena itu, semua sumber  yang dirunut berasal dari akar-akar kebudayaan normative suatu bangsa.
2.      Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki keyakinan kepada Tuhan.
3.      Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan karakter budaya lokal dan kebangsaan yang utuh.
4.      Mengarahkan minat dan bakat serta menngkatkan kemampuan intelek anak didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkret.
5.      Pembinaan akhlak anak didik sehingga pergaulannya tidak keluar dari  tuntunan dan nilai-nilai moral.
6.      Tidak ada kedaluwarsa kurikulum karena cirri khas kurikulum yang baik senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, bahkan menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya di kehidupan masyarakat.[5]
Hakikat dari prinsip keseimbangan kurikulum didasarkan kepada firman Allah dalam  surat Al-Qashash ayat 77:
            Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan dan berbuat baiklah (kepada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ayat tersebut adalah perintah yang berfaedah wajib, artinya semua umat Islam wajib melaksanakan system kehidupan yang seimbang antara kehidupan jasmani dan kehidupan rohani, keseimbangan pengaturan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Termasuk dalam menyusun kurikulum sebagai pedoman pengajran adalah mencerminkan keseimbangan tujuan pembelajaran dan materi materi yang diarahkan pada pencapaian keseimbangan tujuan duniawi dan uhkrawi.
Hikmah yang dapat diambil dari ayat diatas adalah sebagai berikut:
1.      Manusia dalam mengembangkan pendidikan dan system kurikulum sebagai pedoman pembelajaran harus menciptakan manfaat duniawi dan uhkrawi karena pada hakikatnya ilmu diamalkan di dunia sebagai bekal di akhirat.
2.      Sistem kurikulum dibuat merupakan bagian dari cara manusia beribadah kepada Allah sehingga manusia tidak dipermainkan oleh hawa nafsu dunia, sebaliknya dunia dimanfaatkan sebagai ladang di akhirat.
3.      Untuk meraih  kebahagiaan dunia diperlukan ilmu untuk kebahagiaan akhirat di perlukan ilmu dan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat diperlukan ilmu.
4.      Lembaga pendidikan yang menyajikan kurikulum dengan landasan nilai-nilai Islami sama dengan mempersiapkan manusia yang senantiasa siap menghadapi kehidupan dan kematian.
Perubahan kurikulum adalah usaha yang kuat dan sungguh-sungguh dari pendidikan yang ingin mencerdaskan bangsa dan mengubah kehidupan generasi penerus menjadi generasi yang cerdas, beriman dan bertakwa.
Ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.
1.      Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2.      Berorientasi pada  hasil belajar.
3.      Penyampain dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang berpariasi.
4.      Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukati.
5.      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapain suatu kopetensi

3.      Isi Kurikulum Pendidikan Islam
Abdul-Rahman Salih Abdullah membagi kurikulum pendidikan Islam dalam  tiga kategori sebagai berikut :
a.      Al-ulum al-diniyyah, yaitu ilmu-ilmu keislaman normatif yang menjadi kerangka acuan bagi segala ilmu yang ada.
b.        Al-ulum al-insaniyyah, yaitu ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang berkaitan dengan manusia dan interaksinya, seperti  sosiologi, psikologi, antropologi, pendidikan dan lain-lain.
c.         Al-ulum al-kauniyyah, yaitu ilmu-ilmu kealaman yang mengandung azas kepastian, seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain.

Cakupan bahan pengajaran yang ada dalam suatu kurikulum kini terus semakin luas atau mengalami perkembangan karena tuntutan dari kemajuan ilmu pengetahuan, kebudayaan, tekhnologi yang terjadi di dalam masyarakat, dan beban yang diberikan pada sekolah.
            Berdasarkan tuntutan perkembangan itu maka para perancang menetapakan cakupan kurikulum meliputi 4 bagian yaitunya :
1. Tujuan merupakan arah, sasaran, target yang akan dicapai melalui proses  belajar mengajar.
2.  Isi merupakan bagian yang berisi pengetahuan, informasi, data, aktifitas, dan pengalaman yang diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3. Metode merupakan cara yang digunakan guru atau dosen kepada peserta didik untuk menyampaikan mata pelajaran agar mudah dimengerti.
4. Evaluasi merupakan cara yang dilakukan guru untuk melakukan penilaian dan   pengukuran atas hasil mata pelajaran.
                       
Allah berfirman dalam Q.S. Fushshilat ayat 53 mengenai isi kurikulum yang artinya:“Kami akan memeperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”
Ayat tersebut terkandung tiga isi kurikulum pendidikan Islam,yaitu:
                              1.   Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”.
             Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenal dzat, sifat, perbuatan-Nya, dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah (tafsir, mushtholah, linguistic, ushul fiqh, dan sebagainya). Isi kurikulum ini berpijak pada wahyu Allah SWT.
                               2.   Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”.
              Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan perilaku manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu  politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah lenguistik, seni, arsitek, filsafat, psikologi, paedagogis, biologi, kedokteran, pedagangan, komunikasi, administrasi, matematika, dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat anfusi.
                          3.      Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”.
              Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetik, dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat afaqi.

B.     Filosofi Pendidikan Islam Tentang Isi Pendidikan
1.      Pengertian Isi Pendidikan
Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan  dan perkembangan. Orang-orang Yunani menyatakan bahwa pendidikan adalah  usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia.”
Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.[6]
Maka tujuan dari mendidik ialah memanusiakan manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Jadi, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami, menghayati nilai-nilai kemanusiaan, sehingga anak didik membangun nilai-nilai kemanusiaan dalam kepribadiannya.
2.      Macam-macam Isi dari Pendidikan
1.      Pendidikan jasmani dan keterampilan
Pendidikan jasmani dan keterampilan ini mencakup pertumbuhan fisik yang sehat, kelincahan, keterampilan,menggunakan anggota badan berkaitan dengan makanan, minuman,udara segar, istirahat, pakaian, perumahan dan sebagainya. Tujuannya agar anak didik menerima, menghargai, merawat dan melatih tubuhnya. 
2.      Pendidikan seni
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan tumbuhnya rasa seni, senang akan keharmonisan, keteraturan dankebutuhan dalam diri anak. Tujuannya agar anak didik mengembangkan rasa keindahan.
3.      Pendidikan intelektual
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan realisasi kemampuan intelektual anak didik dalam memecahkan masalah konkrit yang dihadapi sehari-hari. Tujuannya agar anak didik mengembangkan kemampaun berpikir dan cara mengatasi persoalan secara tepat.












BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Dari ragamnya pengertian kurikulum yang diungkapkan oleh para ahli dapat kita tarik kesimpulan, bahwa di satu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses atau pengelaman belajar. Pengertian lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Sedangkan pengertian baru lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar dalam arti sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olah raga, seni yang disediakan oleh sekolah bagi para peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah, dengan maksud mendorong mereka untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan  dan perkembangan. Orang-orang Yunani menyatakan bahwa pendidikan adalah  usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia.”
Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.








DAFTAR PUSTAKA

Hasan Basri,  2009. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia
Anas Salahudin, 2011.  Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmad tafsir, 2008. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset


       [1]Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, Hlm.127
       [2] . Ibid, hlm 128
[3]. Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, hlm 169
[4]. Opcit, hlm 130
       [5] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, hlm 172
[6] . Ahmad tafsir,  Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008 hlm 33
 

No comments:

Post a Comment