Monday, May 4, 2015

FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG KEPRIBADIAN DAN TINGKAH LAKU MANUSIA

FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM TENTANG KEPRIBADIAN DAN TINGKAH LAKU MANUSIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam



Dosen pembimbing:
Bustian, MA

Di susun oleh:
Puput Melati
Rori Anugraha
Irfan Efendi





MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN
BAHASA ARAB (PBA)VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KERINCI
T.A 20014/2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
            Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu dalam bersosialisasi manusia membutuhkan kepribadian dan tingkah laku.
Istilah kepribadian menunjukkan sesuatu yang khas ada pada manusia, yang membedakan manusia dengan yang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang lain bahkan yang kembar sekalipun.
Sedangkan tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas orang yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba menjelaskan tentang kepribadian dan tingkah laku manusia dalam makalah yang berjudul “Filosofi Pendidikan Islam Tentang Kepribadian dan Tingkah Laku Manusia”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana penjelasan tentang kepribadian manusia ?
2.    Bagaimana penjelasan tentang tingkah laku manusia ?
3.    Bagaimana faktor pembentuk kepribadian dan tingkah laku manusia ?




BAB II
PEMBAHASAN
Filosofi Pendidikan Islam Tentang Kepribadian
Dan Tingkah Laku Manusia

A.      Kepribadian Manusia
“Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang per orang,atau keseluruhan sifat – sifat yang merupakan watak perorangan. Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain”(Anton M Moelieno,1989).
Dalam pengertian umum, kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang dimiliki seseorang atau bangsa.
Wetherington menyimpulkan, bahwa kepribadian memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.    Manusia karena keturunannya mula – mula hanya merupakan individu, dan barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima) pengaruh dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.
2.    Kepribadian adalah istilah untuk menamakan tingka laku seseorang yang secara terintegrasi merupakan suatu kesatuan.
3.    Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran orang lain, dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang.
4.    Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keselurah dan kesatuan tingkah laku seseorang.
5.    Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosialnya[1]

Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya.
Konsepsi islam tentang bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian manusia seutuhnya.
Ada tiga aspek pokok yang menjadi corak khusus bagi seseorang muslim menurut ajaran islam, yaitu:
1.    Adanya wahyu Tuhan yang memberikan kewajiban kepada manusia muslim untuk melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan Tuhan maupun masyarakat.
2.    Praktik ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dengan sesamanya dan akan menjadikan sebagai kelompok yang terorganisir.
3.    Konsepsi islam tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan kelompok.
Atas dasar ajaran ini maka pribadi muslim bukanlah pribadi yang egoistis, akan tetapi seseorang pribadi yang penuh dengan sifat-sifat pengabdian baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Selain itu menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
a)        Membentuk pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.
b)        Kebebasan dan kemuliaan manusia
Pribadi seorang muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah. Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan apa saja yang dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.
c)         Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata.
1.    Aspek – Aspek Kepribadian
       Aspek – aspek kepribadian meliputi :
·       Aspek-aspek kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya : cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dan sebagainya.
·       Aspek-aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya : cara berfikir, sikap dan minat.
·       Aspek-aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan, meliputi : sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan individu.
Aspek – aspek kepribadian, belum cukup untuk memberi gambaran keseluruhan mengenai kepribadian-kepribadian, lebih-lebih mengenai proses perkembangannya. Maka kita membutuhkan bagian-bagian kepribadian yang lebih dinamis. Sifatnya, yaitu tenaga-tenaga kepribadian.
Pada garis besarnya, tenaga-tenaga itu dapat pula dibagi atas:
a.    Tenaga-tenaga kejasmanian
Meliputi seluruh tenaga-tenaga yang bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga yang bersumber pada bekerjanya kelenjar-kelenjar, peredaran darah, alat-alat pernapasan, syaraf dan sebagainya.
b.    Tenaga-tenaga kejiwaan
Terdiri atas karsa, rasa dan cipta. Dapat juga dibagi atas syahwat, amarah dan akal-pikiran.
c.    Tenaga kerohanian yang luhur
Tenaga ini memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-hal yang gaib, memungkinkan manusia berhubungan dengan yang maha agung.
Jadi dapat disimpulkan hubungan antara aspek-aspek kepribadian dan tenaga-tenaga kepribadian adalah :
1.      Aspek-aspek kejasmanian, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejasmanian.
  1. Aspek-aspek kejiwaan, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejiwaan.
  2. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, terutama dibentuk dan dipengaruhi oleh budhi.
2.    Proses Pembentukan Kepribadian
             Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis.
            Kepribadian yang harmonis adalah apabila segala aspek-aspeknya seimbang pula sesuai dengan kebutuhan. Pada segi lain kepribadian yang harmonis dapat dikenal, pada adanya keimbangan antara peran individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Proses pembentukan kepribadian terdiri atas tiga taraf yaitu;
·       Pembiasaan
Pembiasaan adalah membentuk aspek jasmani dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau mengucapkan sesuatu. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan membantu dengan tenaga-tenaga kejiwaan, dengan membiasakan peserta didik melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diucapkannya.
·       Pembentukan pengertian, minat dan sikap
Pada tahap ini diberikan pengertian atau pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan dan diucapkan dan ditanamkan pula dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dengan menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.
·       Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada tahap ini dapat dilakukan dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara menanamkan kepercayaan yang terdiri atas:

1.    Iman kepada Allah.
2.    Iman kepada malaikat.
3.    Iman kepada kitab.
4.    Iman kepada rasul.
5.    Iman kepada Qadla dan Qadar.
6.    Iman kepada hari akhir
Dengan penanaman kepercayaan adanya rukun iman tersebut diharapkan akan tercipta kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa yang dipikirkan dan dipilih serta diputuskan dan juga yang dilakukan adalah berdasarkan keinsafan diri sendiri.
Ketiga taraf pembentukan kepribadian diatas satu sama lain saling membantu dan saling pengaruh mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf berikutnya dan akan menimbulkan kesadaran dan keinsafan akan apa yang telah diperoleh dan apa faedahnya, sehingga akan menimbulkan aktifitas yang lebih sadar dan khusu’[2].
B.  Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku adalah  suatu  ciri khas /  bentuk karakter individu atau manusia sendiri. Tingkah laku ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan. Ciri-ciri tingkah laku:- apa yang orang kata dan lakukan (Actions)- mempunyai satu atau lebih dimensi (Dimensios) yang boleh diukur (Kekerapan, tempoh masa, intensiti, latensi)- boleh diperhatikan, diurai dan direkod (Observable and Measurable)- Mempunyai impact kepada persekitaran- Menurut hukum (lawful) – (hubungan antara tingkah laku dengan peristiwa dipersekitaran)- dalam bentuk overt or covert.
Tingkah laku juga merupakan respon dari rangsangan, rangsangan itu muncul baik dari dalam maupun dari luar dengan cara merasa, berpikir dan kebutuhan sehingga muncul sikap dari diri seseorang. Usaha-usaha untuk menyusun teori maupun konsep yang utuh dalam rangka menjelaskan perilaku manusia sudah sejak lama dilakukan orang. Meskipun berbagai usaha yang dilakukan untuk menyusun teori maupun konsep tersebut sudah secara terus menerus dilakukan, akan tetapi teka-teki tentang tingkah laku manusia belum sepenuhnya terjawab.
Ditinjau dari jumlah manusia di muka bumi yang tidak terhitung, kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang memiliki karakteristik yang sama, bahkan pada individu yang lahir dalam keadaan kembar yang yang identik sekalipun.
Meskipun terdapat berbagai hambatan maupun kesulitan dalam memahami tingkah laku manusia, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha untuk mencari jawaban tentang segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia melalui berbagai kajian ilmu antara lain, dari tinjauan astrologi, teologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan psikologi.
Upaya pemahaman tingkah laku manusia melalui berbagai bidang kajian memiliki arti yang sangat penting karena berbagai masalah berdimensi luas yng ada dalam kehidupan manusia misalnya ledakan penduduk, pencemaran lingkungan, perang, ketegangan global, prasangka rasial, kriminalitas, kelaparan dan kemiskinan baru dapat diatasi salah satunya dengan terlebih dahulu memahami perilaku manusia dalam berbagai dimensi.
Dalam cakupan yang lebih kecil, khususnya berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling yang bertugas memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu yang memerlukan bantuan, pemahaman tingkah laku menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan, karena pemahaman tingkah laku menjadi modal utama dalam upaya pemberian bantuan. Dengan demikian, upaya untuk mendapatkan pemahaman atas tingkah laku manusia tidak sekedar upaya untuk melampiaskan rasa ingin tahu manusia saja, akan tetapi bahkan menjadi suatu kewajiban bagi manusia itu sendiri untuk mempertahankan kelangsungan  hidup dan meningkatkan kualitas kehidupannya dimasa-masa selanjutnya[3].
C.Faktor Pembentuk Kepribadian dan Tingkah Laku
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk,berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.     Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang.
Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekali pun pasti ada perbedaan itu. Perhatikan teman di sekeliling kita, adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik ?
Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang.          Contohnya, kalau orang bertubuh tegap diharapkan untuk selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap seperti pemimpin, tidak aneh jika orang tersebut akan selalu bertindak seperti pemimpin. Jadi, orang menanggapi harapan perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang lain itu. Ini berarti tidak semua faktor karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang.
Sama halnya dengan anggapan orang gemuk adalah periang, orang yang keningnya lebar berpikir cerdas, orang yang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang yang cacat fisik mempunyai sifat rendah diri. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan apriori masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi budaya setempat.
Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seorang anak bisa saja berbeda dengan orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya.
            Contohnya, seorang bapak yang dihormati di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa saja mempunyai anak yang justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan. Akan tetapi, seorang yang cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya dibandingkan orang normal karena memiliki semangat dan kemauan yang keras. Dari contoh tersebut dapat berarti bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang. Salah apabila banyak pendapat yang mengatakan bahwa faktor genetik sangat menentukan pembentukan kepribadian.
            Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Faktor geografis yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
            Contohnya, orang-orang Aborigin harus berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup karena kondisi alamnya yang kering dan tandus, sementara, bangsa Indonesia hanya memerlukan sedikit waktunya untuk mendapatkan makanan yang akan mereka makan sehari-hari karena tanahnya yang subur. Suku “Ik” di Uganda mengalami kelaparan berkepanjangan. karena lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak.
            Mereka menjadi orang-orang yang paling tamak, rakus, dan perkelahian antara mereka sering terjadi semata-mata mempe rebutkan makanan untuk sekadar mempertahankan hidup. Contoh lain, orang-orang yang tinggal di daerah pantai memiliki ke pribadian yang lebih keras dan kuat jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pegunungan. Masyarakat di pedesaan penuh dengan kesederhanaan dibandingkan masyarakat kota.
            Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, tetapi banyak pula ahli yang tidak menganggap hal ini sebagai faktor yang cukup penting dibandingkan dengan unsur-unsur lain
            Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup.
            Proses mem pelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya. Contohnya, orang Bugis memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan. Budaya ini telah membuat orang-orang Bugis menjadi keras dan pemberani.
            Walaupun perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang, para sosiolog ada yang menyarankan untuk tidak terlalu membesar-besarkannya karena kepribadian individu bisa saja berbeda dengan kepribadian kelompok kebudayaannya. Misalnya, kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda-beda.
            Memang terdapat karak teristik kepribadian umum dari suatu masyarakat. Sejalan dengan itu, ketika membahas bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas sosial, dan kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, ataupun kelompok sosial lainnya, terdapat kepribadian umum yang merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial bersangkutan.
            Namun,tidak berarti bahwa semua anggota termasuk di dalamnya. Artinya, kepribadian individu bisa saja berbeda dengan kepribadian masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadanNya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai seorang muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
            Pada dasarnya pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi Allah yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.
            Tingkah laku adalah suatu ciri khas/bentuk karakter individu atau manusia sendiri. Tingkah laku ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan.













DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin, filsafat pendidikan  islam, jakarta: PT.RajaGrafindo, 2005

Yahya jaya, spiritualisasi islam dan menumbuhkembangkan kepribadian dan          kesehatan mental, jakartaruhama, 1997



[1] Jalaludin, filsafat pendidikan  islam  (jakarta:RajaGrafindo, 2005) ,hal.125.
[2] Yahya jaya, spiritualisasi islam dan menumbuhkembangkan kepribadian dan                kesehatan mental, (jakartaruhama, 1997),hal.21

[3] Jalaludin, filsafat pendidikan  islam, (jakarta: RajaGrafindo, 2005),hal.05-17.
 

No comments:

Post a Comment