Friday, December 1, 2017

PENDIDIK DALAM PENDIDKAN ISLAM



MAKALAH

EPISTIMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Tentang:

PENDIDIK DALAM PENDIDKAN ISLAM







Oleh:
Angga Hardianto
NIM. 211017011


Dosen Pembimbing:
Dr. Usman Yahya, M.Ag
NIP. 19701110 199803 1 005


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018 



PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, bahwa pendidkan Islam bertujuan untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia. Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasy bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih,pantang menyerah, bercita-cita tinggi dan berakhlak mulia,baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk, menghindari perbuatan tercela, mengingat Tuhan dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang ia lakukan. [1]
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, pendidik mempunyai tanggung  jawab mengantarkan peserta didik ke arah tujuan tersebut. Kewajiban pendidik tidak hanya mentransformasikan pengetahuan, tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai pada peserta didik, yang meliputi : nilai etika (akhlak), sosial, ekonomis, politik, pengetahuan, pragmatis, dan nilai ilahiyah.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Pengertian Pendidik
2.      Jenis Pendidik
3.      Tugas Pendidik
4.      Adab Pendidik
5.      Kompetensi dan pengembangan pendidk


BAB II
PEMBAHASAN

PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.    Pengertian
Secara Etimologi
Di dalam Bahasa Arab ditemukan beberapa kata yang menunjukkan kepada pengertian pendidik, yang secara umum maksudnya adalah sama akan tetapi secara khusus bisa berbeda:
a.       Murabbi
Murabbi adalah pendidik yang mampu menyiapkan, mengatur, mengelola, membina, memimpin, membimbing, dan mengembangkan potensi kreatif peserta didik, yang dapat digunakan bagi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berguna bagi dirinya, dan makhluk Tuhan di sekelilingnya.
b.      Muallim
Berasal dari kata ‘Allama (عَلَّمَ) yang berarti mengertahui dan memahami.[2]
Muallim adalah orang yang menguasai ilmu, mampu mengembangkannya dan menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya sekaligus.
c.       Mudarris
Berasal dari kata Darrosa (دَرَّسَ) yang berarti mempelajari, belajar atau pembelajaran.[3]
Mudarris adalah pendidik yang mampu menciptakan susana pembelajaran yang dialogis dan dinamis. Mampu membelajarkan peserta didik dengan belajar mandiri, atau memperlancar pengalaman belajar dan menghasilkan warga belajar.
d.      Mursyid
Berasal dari kata Rosyada (رَشَدَ) yang berarti menunjukkan, memberikan petunjuk.[4]
Mursyid adalah pendidik yang menjadi sentral figur (al-uswat al-hasanat) bagi peserta didiknya, memiliki wibawa yang tinggi di depan peserta didiknya, mengamalkan ilmu secara konsisiten, bertaqarrub kepada Allah, merasakan kelezatan dan manisnya iman terhadap Allah SWT. Pendidik yang didengar perkataannya, dikerjakan perintahnya, dan diamalkan nasehat-nasehatnya tempat mengadukan segala persoalan yang dialami umat, serta menjadi konsultan bagi peserta didiknya.
e.       Muzakki
              Berasal dari kata Zaka (زَكٰى) yang berarti suci, bersih, tumbuh dan berkembang.
              Muzakki adalah pendidik yang bersifat hati-hati terhadap apa yang akan diperbuat, senantiasa menyucikan hatinya denga cara menjauhi semua bentuk sifat-sifat mazmumah dan mengamalkan sifat-sifat mahmudah. Oleh karena itu, pendidik bertugas untuk menjaga potensi suci peserta didik serta berusaha memberikan terapi dan metode kepada murid-muridnya melalui konsep-konsep tazkiyat al-naf tazkiyat al-aql, dan tazkiyat al jism.

Secara Terminologi
     Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didk. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal, pertama karena kodrat, dan kedua karena kepentingan orang tua terhadapkemajuan perkembangan anaknya. [5]
Para pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang pendidik:
1.        Sri Minarti mengartikan pendidik merupakan fokus kunci (key focus) dalammencapai tujuan pendidikan atau bahkan dalam membentuk manusia yang selaras dengan kehidupan.[6]
2.        Moh Fadhil al Djamili menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik, sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.
3.        Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab dalam mendidik manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik.[7]
4.        Sutan Imam Barnadib mengemukakan. Bahwa pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.[8]
5.        Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebetuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.[9]
Di Indonesia pendidik disebut juga guru yaitu “orang yang digurui dan ditiru” . lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam membentuk dan membimbing anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing, baik kedewasaan jasmani maupun rohani
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dibedakan antara pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menjunjung penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.[10]

B.     Jenis Pendidik dalam pendidikan Islam
Pendidik dalam pendidikan Islam ada beberapa macam:
1.      Allah SWT.
Dari berbagai ayat Al-Quran membicarakan tentang kedudukan Allah sebagai pendidik, dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memiliki pengetahuan yang luas. Ia juga sebagai pencipta.
Firman Allah SWT:
-          Q.S. Al-‘Alaq : 5
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
-          Q.S. Al-Fatihah : 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Kata “Rob” (رَبِّ) dalam ayat tersebut mengandung cangkupan yang sangat luas, disamping ia berarti “Tuhan” ia juga berarti “Pendidik”.


-        QS. Al baqarah:31
وَ عَلَّمَ اَ دَ مَ اْلاسْمَآ ءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَىئكَةِ فَقَالَ اَ نْبِئُو نِيْ بِاَ سْمَآ ءِ هَؤُلآءِاِنْ كُنْتُمْ صَدِقِيْنَ
Artinya:
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa Allah sebagai pendidik bagi manusia.
Ar-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda. Allah sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia adalah zat Pencipta. Perhatian Allah menyeluruh keseluruh alam.[11]
2.      Nabi Muhammad SAW.
Nabi sendiri mengidentifikasi dirinya sebagai muallim (pendidik). Nabi sebagai penerima wahyu Al-Quran yang bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat Islam kemudian dilanjutkan dengan mengajarkan kepada manusia ajaran-ajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan Nabi Muhammad sebagai pendidik di tunjuk langsung oleh Allah SWT.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa beliau adalah sebagai pendidik:
-          Q.S. Al-Ahzab : 45
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Artinya:
Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
-          Q.S. Al-Baqarah : 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

3.      Orang Tua
Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua. Hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak-anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah orang tuanya. Orang tua adalah “pendidik qudrati” yaitu pendidik yang telah diciptakan Allah qudratnya menjadi pendidik.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan orang tua sebagai pendidik:
-          Q.S. At-Tahrim : 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا...
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...
-          Q.S. An-Nisa’ : 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
-          Q.S. Luqman : 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".

4.      Guru/orang lain
Pendidik di lembaga persekolah disebut guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah dan dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren dan lain sebagainya. Guru adalah pendidik profesional, karenanya ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.
Dalil yang menyebutkan tentang Guru/orang lain sebagai pendidik:
-          Q.S. An-Nahl : 43
.... فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Artinya:
... maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
-          Hadits dari Uqbah bin Amr Abu Ma’ud Al-Anshari yang diriwayatkan oleh Muslim:
مَنْ دَلَّ عَلٰى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya:
Barangsiapa menunjukkan atas kebaikan maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya.
-          Q.S. Al-Kahfi : 66
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Artinya:
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Sedangkan jenis pendidik menurut Prof.Dr. Mohammad Athiyah Al-Abrasyi, yaitu:[12]
a.       Pendidik kuttab, yaitu pendidik yang mengajarkan alquran pada anak-anak di kuttab.
b.      Pendidik umum, yaitu pendidik pada umumnya. Ia mengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang mengelola atau melaksanakan pendidikan islam secara formal seperti madrasah, pondok pesantren, pendidikan di masjid dan surau,ataupun pendidikan informal seperti pendidikan yang dilakukan dalam keluarga.
c.       Pendidik khusus, yaitu pendidik yang memberi pelajaran khusus kepada seseorang atau lebih dari seorang dari anak pembesar, pemimpin negara atau khalifah, seperti pendidikan yang dilakukan dirumah-rumah misalnya di Istana.

C.     TUGAS PENDIDIK
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang Rasul.
a.         Tugas  secara umum adalah :
Sebagai pewaris para Nabi.
Rasulullah bersabda:
اِنَّ الْعُلَماء وَرَثَتُ الْاَنْبِيَاءِ...
“Sungguh, ulama itu adalah pewaris para nabi... (HR. Tirmizi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud).
Sebagai “waratsat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperolah keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif beramal saleh dan bermoral tinggi.
Selain itu tugas pendidik yang utama adalah, menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk bertaqarrub kapada Allah.
Jadi, tugas guru secara umum dalam pendidikan Islam adalah: pertama, mensucikan. Kedua, mengisi.

b.         Tugas secara khusus, adalah
-          Sebagai pemberi peringatan kepada orang lain dan untuk diri sendidri.
Perhatikan QS. At-Taubah:122
...فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
... Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
-          Sebagai pengajar, yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan memberikan penilaian setelah program itu dilaksanakan
-          Sebagai pendidik, yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian Islam.
-          Sebagai pemimpin, yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyrakat yang terkait.

D.    ADAB PENDIDIK
Rasulullah SAW, merupakan seorang pendidik yang memiliki akhlak yang mulia:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qolam:4).
Adab merupakan akhlak, moral, tata krama, etik, nilai atau pandangan hidup (Pusat Bahasa Kemdiknas 2008).
Jadi, adab guru/pendidik adalah nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berfikir dan bersikap. Secara umum ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan oleh pendidik:
1.      Mengajar bukan karena ingin mendapatkan amalan dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih.
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah Sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)". (Q.S. Yunus : 72).
2.      Mengingatkan murid dengan ucapan yang lemah lembut.
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut/insaf. (Q.S. Thaha : 44).
3.     Dianjurkan saat memberikan pelajaran, guru memberikan penjelasan secara gamblang agar mudah dipahami oleh semua murid.
4.     Menyayangi murid-muridnya seperti mereka menyayangi anak-anaknya sendiri.
5.     Hendaklah guru/pendidik berbuat sesuai dengan ilmunya, - perbuatan hendaknya sesuai dengan perkataan.
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ...
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri ... (QS. Al-Baqarah : 44)
idnya.

Menurut Ibnu Jama’ah, yang dikutip oleh Abd Al-Amir Syam Ad-Din (1984: 18-24), etika pendidik terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yaitu:
a.      Memiliki sifat-sifat keagamaan yang baik, meliputi patuh dan tunduk terhadap syariat Allah dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik yang wajib maupun yang sunnah.
b.     Memiliki sifat akhlak yang mulia, seperti menghias diri (tahalli) dengan memilihara diri, khusyu’ zuhud dan memiliki hasrat yang kuat terhadap kebenaran.
2.      Etika terhadap peserta didik, yaitu:
a.       Sifat-sifat sopan santun, yang terkait dengan akhlak yang mulia seperti diatas.
b.      Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan menyelamatkan.
3.      Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a.       Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan menyelamatkan.
b.      Sifat-sifat seni, yaitu senimengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan.[13]

E.     KOMPETENSI PENDIDIK/GURU
Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.
Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi keguruan yang meliputi kompetensi pribadi, potensi profesional, dan  kompetensi sosial kemasyarakatan, serta kompetensi pendukung lainnya.  Berikut ini beberapa macam dari kompetensi Keguruan;
1.      Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian sebagai seorang pendidik (guru). Diantaranya kompetensi tersebut adalah:
a.       Kemampuan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam.
b.      Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
c.       Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai agama dan nilai yang berlaku didalam masyarakat.
d.      Menghilangkan sifat tercela, dan menggantinya dengan sifat terpuji.
e.       Bersifat demokratis, dan terbuka dari segala kritikan dan saran yang bersifat positif dan konstruktif.
2.      Kompetensi Paedagogis
Kompetensi Paedagogis merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi tersebut di antaranya:
a.       Memahami landasan kependidikan.
b.      Mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
c.       Memahami, mengembangkan potensi peserta didik.
d.      Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan konseling.
e.       Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja sebagai pendidik.
3.      Kompetensi Sosial
Kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan guru sebagian dari anggota masyarakat. Kompetensi ini di antaranya:
a.       Kemampuan untuk menjalin kerja sama dengan orang lain baik dengan individu maupun dengan kelompok masyarakat.
b.       Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
4.      Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan keahlian yang dimilikinya diantara kompetensi tersebut adalah :
a.       Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya, secara mendalam.
b.      Kemampuan dalam mengusai ilmu-ilmu lain secara generalis yang berhubungan dengan keahliannya.
c.       Kemampuan dalam mengembangkan kurikulum mata pelajaran.

Selain itu dalam versi lain, kompetensi pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa kompetensi sebagai berikut:
a.       Menguasai keseluruhan materi yang disampaikan kepada peserta didik sehingga ia harus belajar dan mencari informasi tentang materi yang diajarkan.
b.      Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan menghubungkannya dengan konteks komponen-komponen lain secara keseluruhan melalui pola yang diberikan Islam tentang bagaimana cara berpikir dan cara hidup yang perlu dikembangkan melalui proses edukasi.
c.       Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum disajikan kepada peserta didik. (QS. Ash-Shaf (61):2-3)
d.      Mengevaluasi proses dan hasil pendidkan yang sedang dan sudah dilaksanakan. (QS. Al-Baqarah (2): 31)
e.       Memberi hadiah dan hukuman sesuai dengan usaha dan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka memberikan pelajaran dan motivasi dalam proses belajar. (QS. Al-Baqarah (2): 119)[14]



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didk.
Sedangkan pendidik dalam kajian Islam yaitu: Allah, Muhammad, Orangtua dan orang lain. Adapun tugas pendidik dalam pendidikan Islam secara umum yaitu sebagai pewaris para nabi.
Sebagai seorang pendidik tentu harus memiliki adab. Adab guru/pendidik adalah nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berfikir dan bersikap. Adapun beberapa adab pendidik dalam pendidikan Islam: Ikhlas, lemah lembut, menyayangi murid dan menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan.
B.     SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan bernilai ibadah bagi penulis/penyusunnya.
Selanjutnya, saya menyadari bahwa manusia tidak terlepas dari khilaf dan salah, dan saya juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam menyusun makalah yang sederhana ini karena keterbatasan ilmu dan materi yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran sangat saya harapkan agar kami bisa lebih baik dalam menyusun makalah.



DAFTAR PUSTAKA
Hasan Langgulung, 1995, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Husna Zikra
Ahmad Munawwir, 1997 Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif.
Ahmad Tafsir, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sri Minarti, 2013, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.
Muhammad Fadhil al-Jamili, Tarbiyah al-insan al jadid, Al-Tunisiyah al Syarikah,II
Zakiyah daradjat, 1987, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad Muntahibun Nafis, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras.
Bukhari Umar, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.



[1]  Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Husna Zikra, 1995), hlm. 147.
[2]  Ahmad Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997) hlm. 965
[3]  Ibid, hlm. 397
[4]  Ibid, hlm. 449
[5]  Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 120
[6] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 108
[7] Muhammad Fadhil al-Jamili, Tarbiyah al-insan al jadid, (Al-Tunisiyah al Syarikah,II),hlm. 74
[8] Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Ofset,1993)hlm.61
[9] Zakiyah daradjat, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang. 1987), hlm.19
[10] Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I Point 5 dan 6
[11] Al-Razi dalam Muhammad Dahan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Quran Serta Implementasinya. (Bandung: CV. Diponegoro, 1991) h.43
[12] Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011) hal.118
[13]  Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 98
[14]  Ibid, hlm. 94
 

No comments:

Post a Comment