Thursday, January 23, 2014

MAKALAH PSIKOLOGI: Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Makalah Psikologi Pendidikan: PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1.    AMINAH
2.    AMELIA ANGRAINI
3.    ANGGA HARDIANTO
4.    AZKA ANDI PUTRA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB  I
PENDAHULUAN
Studi tentang perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang perkembangan dan pertumbuhan manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Sampai dengan saat ini kajian mengenai perkembangan dan pertumbuhan manusia telah banyak menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah satu manfaat dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini adalah pendidikan. Dan jika kita berbicara pendidikan tentunya unsur yang mutlak ada ialah manusia itu sendiri. Nah, dalam hal ini kajian ataupun teori-teori mengenai perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan ialah usaha sadar orang dewasa / pendidik untuk membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak kearah kedewasaan.
Definisi pendidikan diatas mengisyaratkan bahwa agar setiap pendidik baik orang tua maupun guru memahami benar hakikat pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat membimbing atau mengarahkan mereka kearah kedewasaan yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat Kuantitatif yang menyangkut aspek fisik jasmaniah.seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan struktur organ fisik,sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan semakin tinggi pula badan nya.
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat Kualitatif dan Kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Seperti misal nya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan,kemampuan,sifat sosial,moral,keyakinan agama,kecerdasan dan sebagainya,sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuan nya juga semakin baik sifat sosial,moral,keyakinan agam dan sebagainya.[1]
perkembangan secara khusus diartikan sebagai “perubahan – perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental – psikologis manusia, ”seperti halnya perubahan – perubahan yang berkaitan dengan aspek pengatahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dangan perkembangan tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengatahuan dan kemampuannya juga semakin baik sifat sosialnya, moral, keyakinan agama dan sebagainya.
B.     Tahap – tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.
Tahap perkembangan manusia :
1.      Masa sebelum lahir (PRANATAL) selama 280 hari.
Masa Pranatal ini berlangsung dari sejak terjadinya konsepsi sampai bayi lahir kira-kira lamanya 9 bulan 10 hari atau 280 hari.
Masa periode ini terbagi kepada 3 periode,yaitu :
a.       Periode telur.
Berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
b.      Periode embrio.
Dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
c.       Periode janin.
Dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
Ada 6 ciri-ciri kondisi Pranatal yang penting,yaitu :
-pada masa ini potensi sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin setiap individu  ditentukan.
-pada masa ini kondisi si ibu sangat menetukan pola pertumbuhan Pranatal.
-secara Prporsional pertumbuhan pada fase ini lebih besar dan lebih luas dari fase-fase lain nya.
-pada saat orang-orang yang berarrti dalam keluarga dapat membentuk sikap kepada si janin.
-pada masa ini terdapat banyak bahaya fisik maupun psikologis.
2.      Masa  bayi baru lahir (NEW BORN) 0-2 minggu
Masa ini dimulai sejak lahir sampai bayi berumur kira-kira 15 hari. Masa ini merupakan fase pemberhentian,artinya masa tidak terjadi pertumbuhan atau perkembangan. Masa ini juga dikenal dengan masa “resting age” yaitu masa istirahat, guna menyesuaikan diri dengan keadaan baru didunia ini.
Periode ini dibagi menjadi 2 tahap,yaitu : Pertama disebut periode parunate yaitu sejak janin baru keluar dari Rahim sampai tali pusar dipotong. Kedua disebut peride neonate sampai sekitar akhir minggu kedua setelah kelahiran.
Ciri –ciri yang penting pada masa ini adalah :
a.       Periode ini merupakan fase perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan manusia.
b.      Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup janin.
c.       Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
d.      Diakhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
3.      Masa bayi (BABYHOOD) 2 Minggu-2 tahun.
Masa ini berlangsung dari umur 2 minggu-2 tahun.
Ciri-ciri masa ini adalah :
a.       Masa bayi merupakan masa dasar yaitu masa pembentukan dasar-dasar kehidupan yang sesungguhnya,karena pada saat ini banyak pola prilaku,sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
b.      Bayi berkembang pesat baik fisik maupun psikologisnya sehingga penampilan dan kemampuan nya pada masa ini mengalami banyak perubahan.
c.       Masa bayi selain meningkatnya individualitas,juga merupakan masa pemrmulaan sosialisasi.
d.      Masa bayi adalah masa permulaan penggolongan seks atau jenis kelamin.
e.       Masa bayi adalah masa yang menarik sehingga semua orang suka kepada bayi.
f.       Masa bayi adalah permulaan masa kreatifitas,pada bulan-bulan pertama bayi mulai belajar mengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar  bagi kreatifitasnya kemudian,dan untuk penyesuaian diri nya dengan pola-pola yang diletakkan orang lain atau orang tua.
4.      Masa kanak-kanak awal (EARLY CHILDHOOD) 2-6 tahun.
Masa kanak-kanak awal ini berlangsung dari umur 2-6 tahun. Masa ini sering disebut usia sulit atau problematis, karena memellihara atau mendidik mereka sulit. Masa ini juga disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak dihabiskan untuk bermain.
Masa kanak-kanak awal merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai keterampilan. Karena anak senang mengulang-ngulang,hal ini penting artinya dalam belajar keterampilan. Selain itu anak pada masa ini juga berani dan senang mencoba hal-hal baru. Pada masa ini mereka juga belum banyak memiliki leterampilan sehingga tidak ada gangguan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan baru.
5.      Masa kanak-kanak akhir (LATER CHILDHOOD) 6-12 Tahun
Masa kanka-kanak akhir atau disebut juga masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6-12 tahun. Masa ini disebut orang tua dengan masa “tidak rapi”, masa “bertengkar” dan masa “menyulitkan”
Pada masa keserasian bersekolah ini anak=anak relatif lebih mudah untuk dididik disekolah dari masa sebelum dan sesudahnya nanti. Mas ini dapad dibagi dalam 2 fase,yaitu :
a.       Masa kelas sekolah dasar umur 6 atau 7 ampai 9atau 10 tahun.
b.      Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar umur kira-kira 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
6.      Masa puber (PUBERTY)
Masa puber merupakan periode tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja,yaitu dari umur 12 atau 13 sampai umur 16 atau 17.
            Perubahan pada masa puber mempengaruhi keadaan fisik,sikap dan prilakku. Karena kaibat perubahan nya cenderung buruk, terutama sselama awal masa puber, maka masa puber sering disebut “masa negatif”.
Pada masa puber ini,bahay fisik tampaknya lebih ringan dibandingkan dengan bahaya Psikolohis. Bahaya psikologis yangb paling umum terjadi adalah kecenderungan mengembangkan konsep diri yang kurang baik,berprestasi rendah,tidak mau menerima perubahan jasmani atau peran seks yang memperoleh dukungan sosial dan penyimpangan pematangan seksual.
7.      Masa remaja (ADOLESCENCE) 15-21 Tahun.
Pada masa remaja ini berlangsung dari umur 15-21 tahun atau berlangsung saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang menurut hukum.
Masa remaja ini dibagi 2 bagian yaitu :
a.       Masa remaja awal yang berlangsung hingga 17 tahun.
b.      Masa remaja akhir yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secra hukum yaitu 21 tahun.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisik nya maupun perubahan sikap dan perilakunya.ada 4 perubahan yang bersifat Universal selama masa remaja yaitu :
a.       Menigkatnya emosi.
b.      Perubahan fisik.
c.       Dengan berubahnya minat dan prilaku.
d.      Bersikap ambivalensi.
Di akhir masa remaja, si remaja umumnya mengalami ambang dewasa, yaitu para remaja menjadi gelisah untk meninggalkan tingkah laku remaja belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa dirinya telah hampir dewasa, merka berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa.
Ada 7 kategori minat yang paling penting dari para remaja masa kini yaitu :
a.       Minat rekreasi.
b.      Minat pribadi dan sosial.
c.       Minat terhadap pekerjaan.
d.      Minat terhadap agama.
e.       Minat terhadap simbol status.
f.       Minat kepada pendidikan.
Selain dari minat anak,fungsi keluarga sangat berperan diantaranya :
a.       Fungsi biologis.
b.      Fungsi ekonomis.
c.       Fungsi pendidikan.
d.      Fungsi sosialisasi.
e.       Fungsi perlindungan.
f.       Fungsi rekreatif.
g.       Fungsi agama.[2]
Ada 3 macam remaja yang tidak berminat kepada sekolah dan biasanya membenci sekolah yaitu :
a.       Remaja yang orang tua nya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik yang terus menerus mendesak untuk mencapai sasaran yang dikehendaki tanpa memperhatikan kondisi prestasi anaknya.
b.      Remaja yang kurang diterima oleh teman-temannya sekelas yang merasa dirinya kurang mampu berprestasi dalam berbagai kegiatan kurikuler.
c.       Remaja yang badan nya lebih besar dari umurnya yang merasa tubuh nya jauh lebih besar dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang karena penampilannya yang lebih tua,sering kali diharapkan berprestasi lebuh baik diatas kemampuannya
Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa remaja kurang berminat pada pendidikan disekolah yaitu :
a.       mereka menjadi siswa yang prestasinya selalu rendah.
b.      Mereka bekerja/belajar dibawah kemampuan nya disetiap mata pelajaran atau pada mata pelajaran tertentu yang tidak disukainya.
c.       Mereka sering membolos atau berterus terang meminta berhenti sekolah kepada orang tua nya. Ini sering terjadi pada remaja yang badannya jauh lebih besar dari umurnya, sekolah bagi dirinya bukan saja merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan tetapi juga pengalaman yang merendahkan dirinya.[3]
8.      Masa dewasa awal-usia lanjut (21-........)
Masa pematangan diri dalam tahap ini,perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya 3 macam tujuan hidup pribadi,yaitu pemuasan keiinginan pribadi,pemuasan keinginan kelompok,dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisasi oleh individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya. Dengan kemmpuannya,orang melatih diri uuntuk memilih keinginan yang akan direalisasi dalam tindakan nya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran,sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan pengoreksian dan pengontrolan diri.
Dengan kemampuan ini manusia tumbuh berkembang menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.[4]
1.      Aliran Nativisme.
Nativisme adalah suatu aliran yang secara ekstri menyatakan bahwa perkembangan manusia itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor pembawaan atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli yang berpendirian Nativis biasanya mempertahankan kebenaran konsep ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya.[5]
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filosof natifisme konon dijuluki sebagai aliran psimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
Diantara ahli yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.
Namun demikian, Chomsky tidak menafikan sama sekali peranan belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan bertata bahasa jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia (Bruno, 1987).
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini adalah Schopenhaeur seorang filosof bangsa jerman.
 Nativisme berasal dari kata dasar natus = lahir, nativius = kelahiran, pembawaaan.
Kalau dipandang dari segi ilmu pendidikan tidak dapat dibenarkan: sebab jika benar segala sesuatu itu tergantung pada dasar, jadi pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap tidak ada, maka konsekuensinya harus harus kita tutup saja semua sekolah, sebab sekolah tidak mampu mengubah anak yang membutuhkan pertolongan. Tidak perlu para ibu, guru, orang tua mendidik anak-anak karena hal itu tidak aka nada gunanya, tak dapat memperbaiki keadaan yang sudah tersedia (ada) menurut dasar. Akan tetapi hal yang demikian itu justru bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sudah ternyata sejak zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha mendidik generasi muda, karena pendidikan itu adalah hal yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan. Jadi konsepsi nativisme itu tidak dapat dipertahankan dan tidak di pertanggung jawabkan.
                        Dengan demikian,faktor lingkungan atau pendidikan menurut aliran ini dikembangkan seseorang. Dalam ilmu pendidikan ini dikenal sebagai ilmu pedagogik pesimisme, yaitu pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak kearah kedewasaan yang dikehendaki oleh pendidikan.
2.      Aliran Empirisme.
Menurut teori ini lingkungan adalah yang menjadi penentu perkembangan seseorang. Baik buruknya perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan. Jadi,teori ini menganggap bahwa faktor pembawaan tidak berperan sama sekali dalam proses perkembangan manusia.[6]
bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa pengetahuan. Pengetahuan ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.[
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricisim) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang polisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan.  Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
3.      Aliran Konvergensi.
Sesuai dengan namanya,Konvergensi yaitu teori yang menjembatani atau menengahi kedua teori atau paham sebelumnya yang bersifat ekstrim yaitu teori nativisme dan empirisme. Sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya perpaduan,maka berarti teori ini tidak memihak bahkan memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan maupun unsur lingkungan,kedua-duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi perkembangan. Menurut teori ini baik unsur pembawaan maupun unsur lingkungan kedua-duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi perkembangan seseorang.[7]
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personalisme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia (Rober, 1988).
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan diatas, penyusun pandangan bahwa factor yang memengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
a.       Faktor Intern yaitu factor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
b.      Faktor Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi sisw a tersebut dengan lingkungannya.
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pndidikan bangsa jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik factor pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi.
Teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1)      Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3)      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang factor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain). dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannyayang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya. diantara aliran-aliran pendidikan yang ada yaitu:
1.      Aliran Nativisme
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filosof natifisme konon dijuluki sebagai aliran psimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
2.      Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. . Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih.
3.      Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
B.     Kritik dan Saran
Dalam makalah kami ini,Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna seperti apa yang teman-teman harapkan. untuk itu, jika terdapat kesalahan atau kekeliruan baik dalam pengetikan maupun dari presentasinya, penulis sangat mengaharap kritikan dan saran-sarannya dari teman-teman sekalian, dan semoga kritikan dan saran-saran dari teman-teman sekalian bias membangun motivasi kami dalam penulisan makalah yang akan dating. akhirnya penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H.M. Alisuf Sabri,psikologi Pendidikan. Pedoman Ilmu Jaya jakarta: 1996
Dr.H. Syamsu Yusuf LN.,M.Pd, psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja Rosda Karya Bandung: 2000
Prof. Dr. H. Djalil.  Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara Jakarta: 2006


[1] Drs.H.M.Alisuf sabri,psikologi pendidikan (pedoman ilmu jaya,Jakarta : 1996) hal : 11
[2] H.Syamsu Yusuf LN M.Pd,psikologi perkembangan anak dan remaja (PT.Remaja Rosdakarya Bandung : 2000) hal 39-41
[3] Ibid,hal13-30
[4] Dr.H.Djaali,psikologi pendidikan (PT.Bumi Aksara Jakarta : 2006), hal : 26-27
[5] Drs.H.M.Alisuf sabri,psikologi pendidikan (pedoman ilmu jaya,Jakarta : 1996) hal : 35-36
[6] Ibid,hal 36.
[7] Opcid,37

1 comment: